Jumat, 08 Maret 2024

Jalur Kereta Api, Candi, dan ITB


Berlatar belakang pendidikan militer DR.Jan Willem Ijzerman memulai kariernya di Hindia Belanda pada Februari 1874. Ia bekerja di Staatsspoorwegen (Perusahaan Kereta Api Negara) sebagai insinyur pembangunan jalur kereta api di Hindia Belanda. 

Ia membangun jalur kereta api dari tambang batu bara Ombilin ke pelabuhan Emmahaven (kini Teluk Bayur) di Sumatra Barat. Pelabuhan itu merupakan pintu gerbang keluar-masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatra Barat. Pembangunan jalur kereta api ini sungguh pekerjaan yang penuh rintangan, karena hutan Sumatra sangat ganas pada waktu itu. Selanjutnya Ijzerman membangun jalur kereta api dari Padang Panjang sampai ke Siak, Riau, untuk menghubungkan pantai barat dan pantai timur Sumatra. Jalur kereta api dibangun untuk memperlancar pengangkutan kekayaan alam di Jawa dan Sumatra ke Belanda. Jalur-jalur kereta api pada zaman kolonial Belanda yang masih digunakan PT KAI merupakan karya peninggalan Ijzerman.

Pada 1874 sampai 1878 ia tinggal di Malang untuk membangun jalur kereta api Surabaya-Malang. Kemudian pada 1878 sampai 1881 ia tinggal di Bogor untuk membangun jalur kereta api Bogor-Bandung-Cicalengka. Salah satu karyanya adalah Stasiun Bandung lama.

Pada 1881 ia pindah ke Yogyakarta untuk membangun jalur kereta api Yogyakarta-Cilacap. Ia tertarik pada candi-candi kuno di Jawa dan melakukan riset arkelogi pada 1880 sampai 1887. Ia menjadi pendiri dan pimpinan Sarekat Arkeologi Yogyakarta (Archeologische Vereeniging Yogyakarta) pada 1885. Ia meneliti, membersihkan, menggali, dan melestarikan beberapa candi Buddha dan Hindu seperti Borobudur dan Prambanan. 

Ijzerman berperan penting dalam pelestarian candi Borobudur dan candi-candi lain di Jawa. Ia dan timnya menemukan dasar dari candi Borobudur. Jalan di sekitar Candi Borobudur digali dan meminta fotografer Kassian Cephas untuk mengabadikan 160 relief yang berhasil ditemukan saat itu. Ketika gunung Merapi meletus relief-relief itu terkubur lagi. Oleh karena itu foto-foto Cephas sampai hari ini adalah satu-satunya sumber rujukan untuk studi relief paling dasar candi itu. Cephas juga terlibat dalam pemotretan Candi Prambanan. Fotografer ini menjadi anggota lembaga penelitian bergengsi Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde (KITLV) sejak 1896 sampai 1912. Cephas sempat memotret bagian Karmawibangga yang tersembunyi di candi Borobudur. Ijzerman juga menulis hasil-hasil penelitiannya mengenai candi-candi Jawa Tengah.

Ijzerman membangun pertambangan batu bara di Ombilin, Sumatra Barat, pada akhir 1890-an sampai awal 1900-an sebagai General Manager Enim Petroleum Company dan Royal Dutch/Shell. Ia juga meningkatkan industri minyak dengan pesat di Sumatra Selatan. Dr.Jan Willem Ijzerman adalah inisiator utama pembangunan Technische Hoogeschool (kini ITB). Ia menjadi Ketua Komisi Perguruan Tinggi Hindia Belanda yang mendirikan Technische Hoogeschool.

Dr.Jan Willem Ijzerman meninggal di Den Haag pada 10 Oktober 1932. Untuk mengenang jasa-jasanya mendirikan Technische Hoogeschool (TH), Prof. Odé merancang  taman di selatan ITB yang dinamakan Ijzerman-park. Patung perunggu setengah badan Ijzerman bertengger di utara taman itu. Pada waktu perang merebut Irian Barat (kini Papua) dari penjajahan Belanda, Indonesia mengusir orang-orang Belanda termasuk semua dosen Belanda yang bekerja di TH Bandung. Patung Ijzerman di Ijzerman Park juga dirusak. Pada 1950 nama Ijzerman-park diganti menjadi Taman Ganesha.

 

Selamat Jalan, Pak Kuntoro

Saya berkenalan dengan Pof.DR.Ir.Kuntoro Mangkusubroto.M.Eng. di hotel Grand Hyatt, Jakarta, pada 2016. Pada waktu itu saya mewawancarainya untuk penulisan biografi almarhum Beni Wahju, Presiden Direktur PT Inco (kini PT Vale). Hubungan Pak Kuntoro dan Pak Beni sangat dekat. Keduanya lulusan ITB. Ketika Pak Beni meninggal, Pak Kuntoro menulis obituari yang penuh kedukaan, penuh rasa kehilangan. Saya senang dengan gesture dan cara Pak Kuntoro menjawab pertanyaan-pertanyaan saya selama wawancara. Beliau rendah hati, penuh perhatian, menghargai orang lain, dan tentu saja cerdas. 

Saya sedih mendengar kabar bahwa beliau meninggal pada Minggu, 17 Desember 2023, dalam usia 76 tahun. Beliau menghembuskan napas terakhirnya di RSCM dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Menurut Bu Soffie Wahju, istri Pak Beni, Pak Kuntoro sudah satu setengah tahun sakit tumor otak sebelum wafatnya. Beliau pernah dioperasi di Singapura dan sempat sehat selama setahun, namun kemudian kesehatannya kembali menurun. 

Pak Kuntoro adalah Menteri Pertambangan dan Energi di bawah kepemimpinan Presiden Suharto dan Presiden Habibie. Kemudian beliau pernah menjadi Direktur Utama PLN sejak 2000 sampai 2001. Setelah tsunami di Aceh dan Nias pada 26 Desember 2004 yang menewaskan ribuan orang, beliau menjadi Kepala Badan Pelaksana BRR Aceh-Nias untuk memulihkan kawasan itu. Beliau juga pernah menjadi Direktur Utama PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (1988 – 1989) dan Direktur Utama PT Tambang Timah ( 1989 – 1994). Jepang memberinya penghargaan Bintang Tanda Jasa The Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star atas kontribusinya pada hubungan kedua negara. Penghargaan itu diberikan pada 13 Mei 2023. Beliau juga mendapat anugerah Bintang Mahaputra Adipradana dari Pemerintah Indonesia pada 13 Agustus 1999. 

Beliau sangat mumpuni dalam Ilmu Teknik, pernah mengenyam pendidikan Universitas Northeastern dan Universitas Stanford jurusan Teknik Industri pada 1976. Pada 1997 beliau melanjutkan studi S2 Teknik Sipil di Universitas Stanford. Kemudian pada 1982 menempuh pendidikan S3 Ilmu Teknik bidang Ilmu Keputusan di ITB. 

Selamat jalan ke alam keabadian, Pak Kuntoro. Semoga tenang dan damai di surga. Amin YRA.