Sepulang menghadiri acara resepsi ulang tahun suatu
perusahaan di luar kota, suami saya menggerutu panjang-pendek. "Brengsek,
saya jadi satu-satunya orang yang tampil beda di acara itu. Pakai setagen
segala," ujarnya jengkel.
Pada acara itu suami saya -- yang pada dasarnya tak suka berbusana formal -- mengenakan busana black tie yang khusus dia pesan demi memenuhi dress code yang tertera di undangan. Nyatanya, ia malah overdressed.
Pada acara itu suami saya -- yang pada dasarnya tak suka berbusana formal -- mengenakan busana black tie yang khusus dia pesan demi memenuhi dress code yang tertera di undangan. Nyatanya, ia malah overdressed.
Ketika mengemas baju-bajunya ke dalam kopor, suami
saya memang sempat resah. Pasalnya, di undangan tersebut tercantum dress
code: black tie/evening gown. Berarti, para undangan pria diharapkan
mengenakan tuxedo, sementara kaum wanita memakai gaun malam. Tuxedo
merupakan busana paling formal yang biasanya dikenakan pada acara
penganugerahan penghargaan, pertunjukan opera atau konser musik klasik yang
diadakan di gedung pertunjukan.
Suami saya paling benci mengenakan cummerbund
-- kain berlipit-lipit yang dililitkan di pinggang. Ia lebih suka menyebut cummerbund
sebagai setagen -- selendang yang biasa dililitkan di sekitar perut dan dada
ibu-ibu yang berbusana tradisional. “Bikin sesak napas,” katanya sambil
mengelus-elus perutnya yang agak buncit.
Suami saya bukan satu-satunya orang yang “membenci” tuxedo.
Bahkan, di acara penyerahan Academy Award (piala Oscar) yang
formal pun, banyak undangan pria yang enggan ber-tuxedo. Mereka memilih memakai
setelan jas hitam dengan dasi hitam. Padahal, di acara seperti itu kaum
pria diharapkan mengenakan tuxedo. Meski anniversary dinner party
perusahaan itu dirancang penyelenggaranya menjadi acara yang sangat formal,
sangat jarang orang Indonesia yang mau ber-tuxedo. Adhie M.S.,
Koes Hendratmo, Kris Biantoro, Iwan Tirta, Hary Darsono dan Dali Taher adalah
segelintir orang Indonesia yang mau mengenakan busana berdasi kupu-kupu itu.
Suami saya pun sempat berpikir untuk mengenakan
setelan jas warna hitam dengan dasi berwarna gelap. Apalagi, ia tak bisa
menyimpul dasi kupu-kupu yang biasa dikenakan melengkapi tuxedo.
Namun karena menghormati pihak pengundang, dengan berat hati akhirnya ia
memutuskan memakai tuxedo, sesuai dengan dress code yang tertera. Selain
itu, ia enggan pula dianggap tak tahu etiket.
Namun kenyataannya, ia justru salah tingkah dan kurang
percaya diri karena tampil lain sendiri. Kebanyakan tamu pria yang hadir pada
pesta di hotel bintang lima itu mengenakan setelan warna gelap, sebagian lagi
berjas dan pantalon berbeda warna, ada pula yang mengenakan jas warna terang,
kaus turtleneck atau baju kerah Nehru dibalut blazer, bahkan batik warna
terang.
Para wanita pun ada yang mengenakan blazer, gaun tanpa
lengan, kebaya, atau busana tradisional lainnya. “Kecuali saya, tak ada hadirin
lain - termasuk pengundang -- yang mengenakan busana sesuai dress code,” kata suami
saya. Malah, beberapa undangan mengaku tak memperhatikan kode busana yang
tercantum di undangan.
Sebagai penulis buku-buku busana pria, saya memang
sempat tertegun ketika membaca dress code pada undangan yang
dipegang suami saya. Namun saya lebih tertegun lagi mendengar cerita suami saya
tentang keragaman busana di acara tersebut. Kok ada sih tamu yang nekad
mengenakan jas warna terang dalam acara formal? Bukankah jas warna terang
dianggap tidak sopan dipakai di acara formal?
Mengapa pula ada tamu yang “tega” memakai busana smart
casual berupa blazer dan kaus turtleneck atau kemeja
berkerah Nehru di acara formal? Sebenarnya, dengan mematuhi dress code
berarti para tamu menghargai pengundangnya, sekaligus menyiratkan sebagai orang
yang tahu etiket.
Di sela acara, sambil menyinggung penampilannya yang “aneh
sendirian” itu, suami saya sempat berbincang-bincang dengan si pengundang mengenai dress
code: black tie. Ternyata, si pengundang berharap agar para pria
datang dengan jas gelap dilengkapi dasi, bukan mengenakan tuxedo. “Pakai
jas black lengkap dengan tie,” paparnya mengenai pengertian black
tie yang dia maksudkan.
Kesalahpahaman ini menyiratkan pentingnya baik
pengundang mau pun yang diundang sama-sama memahami istilah kode busana dan
suasana atau kesempatan yang tepat untuk masing-masing busana. Untuk acara dinner
party seperti kasus di atas, misalnya, lazimnya hadirin mengenakan setelan
(suit) hitam atau abu-abu tua dengan dasi bermotif kecil-kecil yang
tampak formal. Dasi bermotif kecil-kecil tampak lebih formal ketimbang dasi
bermotif besar-besar. Dasi bergaris-garis tipis tampak lebih formal dibanding
dasi bergaris-garis tebal.
Adapun untuk cocktail party, para tamu perlu
tahu siapa penyelenggaranya dan di mana acara itu diselenggarakan. Kalau acara cocktail
party itu diadakan untuk sekadar kumpul-kumpul dengan teman dekat, busana
bisa smart casual. Namun, bila cocktail party diselenggarakan
perusahaan atau seorang diplomat di tempat yang formal, sebaiknya kenakan jas
warna gelap.
Bagaimana bila kode busana yang tercantum di undangan
tak sesuai dengan acara yang diselenggarakan, atau undangannya tak mencantumkan
kode busana? Mungkin ada baiknya ketika Anda mengonfirmasi kehadiran Anda
melalui nomor telepon yang tercantum pada RSVP (Repondez s’il vous plait/harap
dijawab).
Anda juga menanyakan kepada pengundang, busana apa yang seharusnya dikenakan. Dengan cara ini, Anda akan terhindar dari pengalaman tak enak menjadi orang yang “berani tampil beda” seperti suami saya.
Anda juga menanyakan kepada pengundang, busana apa yang seharusnya dikenakan. Dengan cara ini, Anda akan terhindar dari pengalaman tak enak menjadi orang yang “berani tampil beda” seperti suami saya.
Artikel ini pernah dimuat di majalah Swa,Kamis, 12 Juni 2003.
Kredit foto : disini.
140623
Tidak ada komentar:
Posting Komentar