Wajah Prabowo dan Jokowi dapat dipastikan tampil pada banyak T-Shirt pada masa kampanye 2014 ini. T-Shirt adalah alat komunikasi.
Semua pesan bisa ditulis pada T-Shirt, seperti gerakan anti pedofil, anti korupsi, cinta lingkungan, cinta buku, cinta satwa, sampai aku cinta padamu. Humor dan gambar-gambar lucu juga bisa ditampilkan pada T-Shirt.
Bagi yang narsis, meski bukan aktris, bisa menampilkan wajah sendiri pada kaus oblongnya kalau mau.“Anda bisa menulis, menggambar, membuat puisi, slogan, foto, dan sebagainya.
Melalui T-Shirt Anda bisa menunjukkan siapa Anda. T-Shirt adalah busana anti status symbol,” kata desainer Giorgio Armani. Seragam T-Shirt warna khaki dan jeans dipilih Student Nonviolent Coordinating Committee untuk solidaritas mereka dengan para pekerja kulit hitam yang tertindas pada pertengahan 1960-an.
T-Shirt bertuliskan ‘Iraq Cafe: A Great Place to Get
Bombed’ atau ‘This Scud’s for You’ banyak dipakai kaum muda di berbagai negara
selama Perang Teluk pada 1991. T-Shirt menjadi busana yang unik karena penuh
slogan, pesan-pesan, lukisan, dan guyonan, sehingga New York Institute of
Technology mengadakan pameran dengan tema ‘Sejarah Politik T-Shirt’ di New York
pada 1992.
Dalam buku The White T karya Alice Harris disebutkan,
pada awalnya T-Shirt katun dikenakan para petani Amerika di balik overall denim
atau dikenakan sebagai pakaian dalam.
Pada 1890-an kaus oblong yang biasa
dikenakan sebagai pakaian dalam berubah menjadi pakaian luar. Pada Perang Dunia
Pertama T-Shirt semakin digemari karena praktis, mudah dikeringkan dan lebih
nyaman dikenakan.
Para perwira marinir AS diwajibkan mengenakan T-Shirt
dengan nama mereka tercantum pada bagian dada. Kemudian Angkatan Laut Inggris
menciptakan T-Shirt bermodel standar untuk Angkatan Laut mereka di seluruh
dunia: T-Shirt lengan panjang untuk musim dingin dan lengan pendek untuk musim
panas.
Ketika tentara Jepang menyerang Pearl Harbour yang
menewaskan ribuan tentara Amerika dalam semalam, Angkatan Laut AS lalu mengirim
seragam berupa kaus katun dengan nama masing-masing tentara tercantum di dada
dan punggung.
Perang di Pasifik itu membuat T-Shirt popular sebagai pakaian luar. Itu karena busana itu mudah dicuci, bisa dipakai sebagai handuk, lap sepatu, sarung bantal, atau pembalut luka. Sekelompok Marinir AS di Kepulauan Solomon pernah diselamatkan pilot helikopter karena T-Shirt putih mereka dijadikan bendera sebagai tanda minta pertolongan.
Perang di Pasifik itu membuat T-Shirt popular sebagai pakaian luar. Itu karena busana itu mudah dicuci, bisa dipakai sebagai handuk, lap sepatu, sarung bantal, atau pembalut luka. Sekelompok Marinir AS di Kepulauan Solomon pernah diselamatkan pilot helikopter karena T-Shirt putih mereka dijadikan bendera sebagai tanda minta pertolongan.
Para tentara yang pulang dari perang membawa
T-Shirt ke daerah asalnya sehingga kaus oblong itu menjadi populer. Film-film
juga mempengaruhi popularitas busana tak berkerah ini. Pada 1939 aktor Clark
Gable memainkan film komedi romantis ‘It Happened One Night’. Dalam film itu
Gable mengenakan kaos oblong putih.
Pada 1950-an aktor James Dean mengenakan
T-Shirt putih dan jaket dalam film ‘Rebel without a Cause’. Film-film yang dibintangi Marlon Brando dan
Paul Newman juga membuat T-Shirt lebih digemari. Ketika pada 1950-an Senator
John F.Kennedy di Washington dan Jacqueline Onassis di New York mengenakan kaus
oblong, citra T-Shirt ‘naik kelas’, dari busana petani miskin menjadi busana
kalangan atas.
T-Shirt dipakai Michael Jackson dan kuli
bangunan, anak-anak dan orang tua, pria dan wanita. Para desainer membuat
busana yang nothing menjadi something. T-Shirt bergambar ‘God Save The Queen’
diciptakan desainer Vivienne Westwood untuk band The Sex Pistols.
Desainer Karl Lagerfeld hanya menambahkan kata ‘Chanel’ di depan kaus oblong (foto) dan busana itu berhasil memberi keuntungan ribuan dollar pada butik Coco Chanel. Begitu pula desainer Ralph Lauren yang mendesain T-Shirt dengan logo cowboy menunggang kuda dan desainer Jerman Jil Sander yang membuat T-Shirt dari bahan sutera.
Desainer Karl Lagerfeld hanya menambahkan kata ‘Chanel’ di depan kaus oblong (foto) dan busana itu berhasil memberi keuntungan ribuan dollar pada butik Coco Chanel. Begitu pula desainer Ralph Lauren yang mendesain T-Shirt dengan logo cowboy menunggang kuda dan desainer Jerman Jil Sander yang membuat T-Shirt dari bahan sutera.
T-Shirt pun muncul di berbagai iklan busana kelas
atas. Iklan jeans Guess menampilkan model seksi Claudia Schiffer yang
mengenakan T-Shirt basah melekat di tubuhnya. Model Naomi Campbell
juga berpose seksi dengan T-Shirt untuk iklan Gap. Pada 1980-an iklan-iklan
Calvin Klein yang dibuat Bruce Weber menampilkan pria dan wanita dalam T-Shirt.
Pada 1953 DuPont membuat T-Shirt dari bahan polyester.
Walt Disney dan Roy Rogers membuat T-Shirt sebagai sovenir pada 1959. T-Shirt
yang pada awalnya hanya berwarna putih berubah menjadi bermacam-macam warna pada
akhir 1960-an. Berbagai hiasan manik-manik, bulu, bunga-bunga, atau bordir
membuat T-Shirt semakin fashionable, tidak sekedar busana katun sederhana.
Untuk musik rock pada umumnya dipilih kaus warna
gelap. Pada 1976 T-Shirt bergambar aktris seksi Farah Fawcett laku keras dan
menghasilkan keuntungan delapan juta dollar bagi pembuatnya. Kaus oblong
bertuliskan ‘Nuclear Free Pacific’ menghasilkan uang ribuan dollar pada sebuah
malam dana. Tentu ini berbeda dengan kaus bertuliskan Prabowo-Hatta dan
Jokowi-JK.
140604
Tidak ada komentar:
Posting Komentar