Bagaimana cara mengetahui apakah penjual jamu gendong masih
gadis atau sudah bersuami? Hitunglah berapa jumlah botol jamu yang dibawanya. Jika botolnya berjumlah ganjil, maka penjual jamu
itu masih lajang. Jika botolnya berjumlah genap, itu artinya ia sudah bersuami.
Begitu yang ditulis pada sebuah foto jamu gendong yang disimpan di Perpustakaan
Nasional.
Menurut Prof. Dr. Moelyono MW dalam buku Etnofarmasi, para
pedagang jamu gendong selalu membawa delapan jenis jamu. Ini merupakan representasi
dari delapan penjuru angin. Delapan jenis jamu itu adalah: kunir asem, beras
kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup (gepyokan), dan
sinom.
Kedelapan jenis jamu gendong itu diminum dalam urutan rasa,
dimulai dari manis-asam, pedas-hangat, pedas pahit, tawar, kemudian manis
kembali. Urutan rasa itu dalam budaya Jawa sarat dengan filosofi kehidupan.
Rasa manis adalah representasi dari sebagian rasa yang dialami masa balita. Kemudian
rasa asam. Ini merupakan representasi
dari kondisi remaja berumur 11 – 15 tahun, masa ketika manusia melihat
samar-samar kehidupan yang sebenarnya.
Fase kehidupan selanjutnya adalah masa pradewasa yang
dilambangkan dengan beras kencur. Beras kencur dimaknai sebagai bebering alas
tan kena diukur atau luasnya dunia belum bisa dikira-kira. Ini melambangkan
fase memasuki gerbang kedewasaan . Ini masa ingin tahu dan egois tanpa memikirkan
akibatnya. Rasa beras kencur yang sedikit pedas menggambarkan bahwa manusia baru
merasakan sedikit saja rasa kehidupan yang sebenarnya. Pada fase ini dikenal
istilah manusia yang masih bau kencur.
Rasa cabe puyang adalah rasa pahit dan pedas yang dialami manusia
dalam kehidupan dewasa. Semakin tua semua rasa pahit dan pedas itu hilang dan
berubah menjadi tawar. Pada manula semua rasa asam, pedas, dan pahit berubah
menjadi manis kembali.
Berbeda dengan cara tradisional, Acaraki menyajikan jamu dalam cara modern.
Bahan-bahan untuk membuat jamu tidak direbus (digodog), melainkan dipanggang
atau dimasukkan ke dalam oven, dikeringkan untuk sterilisasi.
Untuk menikmatinya, jamu bisa diseduh langsung dengan air
(jamu tubruk), disaring dan ditetes (jamu tetes), espresso, dan sebagainya.
Rasanya pun beraneka. Ada beras kencur
yang dicampur dengan susu dan krimer, ada kunyit asam yang dicampur dengan air
soda (Golden Sparkling), dan sebagainya. Berasnya pun berbeda-beda. Beras hitam
dan beras putih menghasilkan rasa yang berbeda. Anda bisa duduk dengan nyaman
sambil menikmati sensasi rasa jamu yang disajikan barista di Acaraki, Gedung
Kertaniaga 3, kawasan Kota Tua Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar