Rumah Raden Saleh yang kemudian menjadi bagian dari RS Cikini |
Lukisan karya Raden Saleh Sjarif
Boestaman yang paling terkenal berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro.
Seperti kita ketahui, Pangeran Diponegoro diundang oleh Belanda ke Magelang
untuk sebuah perundingan. Belanda sudah mengalami banyak kehilangan jiwa dan
bangkrut dalam menghadapi pemberontakan Pangeran Diponegoro yang dikenal
sebagai perang Jawa. Belanda kemudian mengundang Pangeran Diponegoro untuk
berunding. Tetapi ternyata Belanda menipunya. Pangeran Diponegoro bukan diajak
berunding, melainkan ditangkap. Itu sebuah tipuan yang licik dan memalukan.
Ada dua lukisan peristiwa bersejarah
itu, yaitu versi Raden Saleh dan versi pelukis Belanda Nicolaas Pieneman. Raden
Saleh memberi judul karyanya Penangkapan Pangeran Diponegoro sedangkan Pieneman
memberi judul karyanya Penyerahan Diri Pangeran Diponegoro. Raden Saleh
menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas, menahan marah, kepala tegak dan
mata menatap penuh kebencian kepada Jenderal Hendrik Mercus de Kock di
depannya. Sedangkan Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah pasrah,
tidak menatap Jenderal de Kock.
Lukisan Penyerahan Diri Pangeran Diponegoro karya Nicolaas Pienemann |
Raden Saleh melukis tokoh Belanda di
lukisannya dengan kepala yang sedikit terlalu besar agar tampak lebih
mengerikan. Para pengikut Diponegoro digambarkan mengenakan kain batik dan
blangkon dan tanpa membawa senjata karena mereka datang tidak untuk berperang,
melainkan dengan niat untuk berunding. Pangeran Diponegoro pun tidak
digambarkan membawa keris.
Banyak
karya lain dari Raden Saleh yang terkenal di Eropa. Sekembalinya Raden Saleh
dari Eropa setelah ia 20 tahun bermukim
di sana, ia mendirikan rumah di Cikini, Jakarta. Rumah megah itu didirikan di
atas tanah milik istrinya. Mereka tinggal di rumah itu hingga 1852 sampai 1867,
kemudian pindah ke Bogor. Raden Saleh meninggal pada 23 April 1884 dan
dimakamkan di Bogor.
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh |
Rumah di
Cikini itu memiliki kebun yang sangat luas, sebagian menjadi kebun binatang.
Pada era Gubernur Ali Sadikin kebun binatang dipindah ke Ragunan dan di lahan
bekas kebun binatang itu dibangun Taman Ismail Marzuki untuk para seniman.
Pada 12
Januari 1895 rumah itu dibeli oleh sepasang suami istri Dominee Cornelis de
Graaf dan isterinya Adriana J de Graaf Kooman dengan harga 100 ribu gulden. Dana
untuk membelinya dari sumbangan Ratu Emma (Ratu Belanda) pada waktu itu. Rumah itu
digunakan untuk merawat para pasien dan
dinamakan Koningen Emma Ziekenhuis (Rumah Sakit Ratu Emma).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar