Buku ini berisi berbagai pengalaman dari sebelas penulis dalam mereka menjalankan toleransi beragama. Ada tujuh penulis muslim dan empat penulis Nasrani yang menceritakan bagaimana mereka hidup damai di Indonesia yang kaya raya akan suku dan budaya serta agama. Dengan kebhinekaan ini negara kita bagaikan pelangi yang indah berwarna-warni.
Setiap penulis buku ini memiliki pengalaman yang unik dan
menarik. Ada penulis yang berasal dari keluarga yang masing-masing anggotanya memilih
sendiri agama mereka. Meski ada empat
agama di dalam satu keluarga, mereka tetap bersatu pada acara leluhur mereka
tanpa melanggar aturan agama masing-masing.
Ada penulis yang sejak SD sampai SMA belajar di sekolah
Katolik. Ia ikut dalam kegiatan-kegiatan gereja, namun ia tetap seorang
muslimah yang beribadah sesuai dengan syariat Islam. Panitia acara di gereja menyediakan
hidangan untuk berbuka puasa dan tempat salat yang dilengkapi mukena dan
sajadah. Ada pula penulis beragama
Protestan yang mendapatkan bantuan dari teman-teman muslimnya dalam masa-masa
sulit pandemi virus corona sepanjang tahun 2020 - 2021.
Penulis lainnya berkisah bahwa ia bertetangga dengan pendeta
yang sangat dicintai masyarakat di sekitarnya yang semua beragama Islam. Ketika
putra pendeta minta dikhitan dan diadakan acara selametan sunatan, sang pendeta mengundang para tetangganya untuk mengadakan
pengajian di rumahnya. Ketika ia mengisolasi diri agar ia tak menularkan virus
corona di lingkungannya, para tetangganya memberikan bantuan yang dibutuhkan
setiap hari tanpa memandang perbedaan agama.
Ada beberapa perbedaan prinsip dari setiap agama, namun hal
itu tak perlu diperdebatkan. Sebab banyak persamaan dari semua keyakinan, yaitu
tentang kemanusiaan, keadilan, kejujuran, kedisplinan, kelestarian lingkungan
hidup, dan sebagainya. Semua agama mengajarkan kebaikan yang sama: Tuhan
mencintai semua ciptaan-Nya, manusia beriman juga mencintai semua ciptaan-Nya. Kita
memiliki tujuan yang sama, hanya berbeda jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar