Dengan menangis Presiden Soekarno membubuhkan tanda tangan untuk menghukum mati Kartosuwirjo, tokoh yang ingin mendirikan Negara Islam di Indonesia. Darul Islam adalah golongan ekstrim kanan berhalauan agama yang picik, fanatik, keras, dan melawan pemerintah Indonesia.
“Pada 1918 Kartosuwirjo adalah kawanku yang baik. Kami
bekerja bahu membahu bersama Pak Tjokro demi kejayaan tanah air. Pada tahun
1920-an di Bandung kami tinggal bersama, makan bersama, dan bermimpi
bersama-sama. Tetapi ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, ia
berjuang semata-mata menurut azas agama Islam. Memang selalu ada pertentangan
antara kekuatan yang mendorong kemajuan dan kekuatan yang menahannya,” ujar
Soekarno.
Pada 1950 Kartosuwirjo mengatakan, “Soekarno penghalang
pembentukan Negara Islam. Soekarno menyatakan, Indonesia harus berdasarkan
Pancasila. Soekarno harus dibunuh.” Pada
1963 Kartosuwirjo berakhir hidupnya di hadapan regu penembak. ”Ini bukan
tindakan untuk memberikan kepuasan hati. Ini adalah tindakan untuk menegakkan
keadilan. Menanda-tangani hukuman mati tidak memberikan kesenangan kepadaku. Namun
seorang pemimpin harus bertindak tanpa
memikirkan betapapun getir jalan yang harus ditempuh,” ucap Soekarno kepada
Cindy Adams, penulis biografinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar