Go Tik Swan adalah tokoh penting dalam sejarah perbatikan
Indonesia. Gelar Panembahan Hardjonagoro diberikan oleh Keraton Kasunanan
Surakarta kepada Go Tik Swan atau Hardjono Go Tik Swan. Tokoh batik ini pada
1955 mengemban amanah dari Presiden Soekarno untuk mengembangkan Batik
Indonesia, yaitu corak batik yang lebih nasionalistik berupa penggabungan rasa
persatuan, rasa nasionalisme, dan rasa romantisme.
Go Tik Swan bersama Presiden Soekarno |
Pesan Presiden Soekarno untuk menciptakan Batik Indonesia
adalah tugas besar yang harus dilaksanakan Go Tik Swan. Presiden Soekarno dan Hardjono Go Tik Swan berkenalan dalam acara
Dies Natalis UI pada 1955. Acara itu dimeriahkan pagelaran seni tari di Istana
Negara. Presiden Soekarno melihat tarian Gambir Anom begitu indah dibawakan
oleh Hardjono Go Tik Swan. Presiden lebih kagum lagi setelah mengetahui bahwa
yang menarikannya adalah pemuda keturunan Tionghoa. Pada zaman itu tidak lazim
keturunan Tionghoa mempelajari tarian Jawa.
Go Tik Swan mendatangi hampir seluruh pembatikan di Jawa. Ia juga berkunjung ke makam-makam leluhur namun belum menemukan ide untuk Batik Indonesia. Ketika menginap di rumah Walter Spies, pelukis asal Jerman yang tinggal di Bali, ia memperoleh ide untuk menciptkan Batik Indonesia.
Batik Indonesia karya Go Tik Swan adalah perpaduan batik klasik keraton Surakarta dan Yogyakarta dengan gaya pesisir Jawa Tengah terutama Pekalongan. Teknik pewarnaan soga pada batik Surakarta dan Yogyakarta dipadukan dengan teknik pewarnaan multiwarna pada batik pesisir.
Go Tik Swan Panembahan Hardjonagoro lahir di Surakarta pada 11 Mei 1921, anak
sulung dari pasangan Go Dhiam Ik dan Tjan Ging Nio, keluarga Tionghoa yang
kaya. Keluarga ibunya adalah produsen batik yang mempunyai empat pembatikan
besar dan mempekerjakan ratusan pembatik. Eyang buyutnya adalah kepala kampung
(Wijk Meester) Tionghoa di Surakarta. Budaya Jawa merasuk dalam diri Go Tik
Swan sehingga pada awal masuk sekolah ia sudah menambahkan nama ‘Hardjono’ pada
Go Tik Swan adalah empu dunia pernbatikan
karena karya-karya batiknya yang bernilai tinggi. Ia dengan teliti, tekun,
sabar, dan konsisten mengarahkan para pembatik pilihan sehingga menghasilkan
batik karya adiluhung. Go Tik Swan Panembahan Hardjono meninggal di kota kelahirannya pada 5 November 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar