Sejak
perkumpulan Boedi Oetomo berdiri pada 1908 pergerakan kepemudaan di tanah air
mulai terorganisir dengan baik. Mahasiswa Indonesia di Belanda mendirikan Indisch Vereneging pada 1908. Sementara
di tanah air terus bermunculan organisasi kepemudaan dan kepanduan.
Tampilnya
para tokoh muda dalam pergerakan nasional adalah salah satu dampak dari politik
etis oleh Pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-20. Politik etis ini memberi
kesempatan kepada para pemuda Indonesia untuk menempuh pendidikan Barat.
Pendidikan ini kemudian mendorong para pemuda Indonesia untuk memerdekakan
bangsa Indonesia.
Pada 7 Maret
1915 berdiri organisasi pemuda pertama
di kalangan masyarakat kota dengan nama Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia).
Tri Koro Dharmo didirikan Satiman Wirjosandjojo di gedung Stovia. Pada Kongres
Pertama di Solo,12 Juni 1918, Tri Koro Dharmo diubah namanya menjadi Jong Java.
Kemudian berdiri organisasi sejenis seperti Jong Sumatranen Bond, Pasundan,
Jong Ambon, Jong Celebes, Sekar Rukun, Pemoeda Kaoem Betawi, dan
lain-lain.
Para tokoh
Perhimpunan Indonesia di Belanda kemudian membuat Manifesto Politik pada 1925.
Prinsip-prinsip manifesto itu adalah unity,
liberty, and equality. Manifesto ini berdampak besar di tanah air.
Pada 15
November 1925 diadakan pertemuan di Jakarta yang dihadiri para pemuda dari Jong
Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Pelajar Minahasa,
Sekar Rukun, dan peminat perorangan. Pertemuan itu untuk membentuk panitia yang
bertugas mengadakan Kongres Pemuda pertama. Tujuannya untuk kerjasama diantara
berbagai organisasi pemuda di tanah air untuk persatuan Indonesia. Kongres Pemuda
pertama diadakan di Jakarta pada 30 April – 2 Mei 1926.
Para tokoh
pemuda di Bandung seperti R.M Joesoepadi Danoehadiningrat, Soegiono, Mr.
Soenarno dan Mr. Sartono sependapat bahwa perlu ada semacam koreksi pergerakan
pemuda. Sudah tiba waktunya untuk membentuk organisasi yang berazaskan
kebangsaan dan netral terhadap agama.
Gagasan ini
diwujudkan pada 20 Februari 1927 melalui pembentukan Jong Indonesia di Bandung.
Organisasi ini mempunyai cabang di delapan kota besar: Jakarta, Bandung,
Surabaya, Yogyakarta, Medan, Solo, Bogor, dan Purwakarta.
Nama Jong
Indonesia yang dianggap kebarat-baratan lalu diubah menjadi Pemuda Indonesia
pada 28 Desember 1927. Seiring dengan semangat kebangsaan, bahasa Melayu
dianjurkan digunakan untuk acara-acara perkumpulan.
Setelah
Kongres pertama mereka mengadakan serangkaian pertemuan untuk mencapai
cita-cita persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Kongres ke-II diadakan pada 27 –
28 Oktober 1928 di gedung Kramat 106, Jakarta. Melalui Kongres Pemuda ke-II
organisasi kepemudaan di tanah air mengikrarkan tekad persatuan. Ikrar pada 28
Oktober 1928 itu kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.
Fotografer: Endro S. Markam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar