Nenek moyang kita sejak dulu kala sudah tahu betapa
pentingnya infrastruktur berupa pelabuhan. Ada beberapa pelabuhan besar di
Nusantara, diantaranya pelabuhan Sunda Kelapa, Cirebon, Tuban, Gresik,
Surabaya, Aceh, Indragiri, Kampar, Belawan, Bima, Makassar, Tidore, Ternate,
Banjarmasin, dan Balikpapan. Di pelabuhan-pelabuhan itu terjadi perdagangan
dengan bangsa Cina, Arab, dan India. Belawan termasuk pelabuhan tua di
Indonesia. Dulu dikenal sebagai kota Cina yang berkembang sejak awal Masehi.
Pelabuhan ini pernah dikuasai Majapahit pada abad ke-14 kemudian menjadi
wilayah Kesultanan Deli.
Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8 sampai abad ke-10) berpusat
di pedalaman pulau Jawa tetapi memiliki beberapa pelabuhan di pantai utara,
sekitar Pekalongan dan Semarang. Kerajaan yang diperintah dua klan beragama
Hindu dan Buddha ini memiliki jaringan yang luas di Asia Tenggara. Klan yang
beragama Buddha erat berhubungan dengan Sriwijaya di Sumatra.
Kerajaan Sriwijaya (abad ke-5 sampai ke-13) membangun
pelabuhan dan mendirikan pusat pendidikan agama Buddha. Kapal-kapal mereka
melayari Laut Cina Selatan dan Samudra Hindia (kini Samudra Indonesia). Banyak
peziarah Cina yang ikut dalam pelayaran mereka.
Perdagangan semakin ramai dengan kedatangan bangsa Eropa
sekitar abad ke-16. Pada awalnya perdagangan dengan Cina, Arab, dan India masih
menguntungkan pedagang Nusantara. Tapi setelah datang perusahaan dagang Belanda,VOC (Vereenigde
Oostindische Compagnie), kondisi menjadi
berubah. Para pedagang Nusantara dipaksa tunduk pada aturan monopoli VOC.
Setelah melakukan monopoli perdagangan selama hampir dua
abad, VOC bangkrut karena korupsi, perang dengan kerajaan-kerajaan di
Nusantara, dan bersaing dengan para
pedagang dari negara-negara lain. VOC bangkrut pada 1799 dan sejak itu Pemerintah Belanda mengambil seluruh
aset dan kuasanya. Lalu dibentuklah pemerintahan Hindia Belanda
yang berpusat di Batavia (kini Jakarta).
Rakyat kemudian dipaksa menanam kopi, tebu, tanaman indigo,
dan komoditas lain seperti beras, garam, dan terasi. Keuntungannya diambil
Belanda. Pelabuhan kemudian menjadi pelabuhan ekspor impor. Pelabuhan Belawan menjadi sangat penting sebagai
pelabuhan ekspor tembakau Deli yang sangat terkenal. Pada 1890 dikembangkan
pelabuhan baru yang disebut pelabuhan Gudang Merah. Pelabuhan Belawan termasuk
yang terbesar di Hindia Belanda dan hingga kini menjadi pelabuhan andalan di
Sumatra.
Sebelumnya, pada 1840, dibangun infrastruktur jalan raya di
Jawa yang menghubungkan pelabuhan Cirebon dengan pedalaman. Pada akhir abad ke-19
pelabuhan Cirebon terhubung dengan jalur kereta api. Pelabuhan semakin ramai
dan luas. Sejak 1909 – 1918 Cirebon
dikunjungi sekitar 500 kapal pertahun. Investasi swasta muncul berupa pabrik
rokok BAT (British American Tobacco) dan pabrik gula. Pabrik-pabrik ini
menyerap banyak tenaga kerja lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar