Di atas pintu museum ini dipasang tulisan: "Sampai Liang Kubur Kupertahankan Pancasila" |
Museum Jenderal Ahmad Yani
di Jalan Lembang D 58, Jakarta, sebelumnya adalah rumah tinggal
pribadi Sang Jenderal. Tempat ini diresmikan
sebagai museum oleh Letjen Soeharto pada 30 September 1966 dengan nama
Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Ahmad Yani. Beberapa tahun kemudian diubah namanya menjadi Museum Jenderal Ahmad
Yani. Rumah ini dijadikan museum agar semangat mempertahankan Pancasila dan UUD
1945 dapat diwariskan kepada generasi muda penerus bangsa. Di atas pintu masuk
museum tercantum tulisan: "Sampai Liang Kubur Kupertahankan Pancasila".
Jenderal Ahmad Yani dilahirkan pada 19 Juni 1922 di
kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pada 1940 ia masuk ke Dinas Topografi
Militer. Setelah menyandang pangkat Sersan, ia ikut dalam pertempuran di
Ciater, Lembang, ketika Jepang masuk ke Bandung. Ia ditawan Jepang di Cimahi selama beberapa bulan lalu kembali
ke Purworejo. Pada 1943 ia mengikuti pendidikan militer di Magelang.
Jepang menyerah kepada tentara Sekutu pada 14 Agustus 1945
dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Meski
Indonesia sudah merdeka tapi pertempuran masih terjadi. Pada 25 September 1945
batalyon Yani berhasil melucuti senjata para tentara Jepang di Magelang.
Dengan adanya Dekrit 5 Oktober 1945 maka satuan pimpinan Ahmad Yani diresmikan menjadi Batalyon
Yani dengan Mayor Ahmad Yani sebagai Komandannya. Pada 30 Oktober 1945 batalyon
Yani terlibat pertempuran sengit dengan tentara Sekutu di Magelang. Batalyon
Yani berhasil memukul mundur tentara Inggris
dari Magelang pada 21 November 1945. Batalyon itu terus bertempur sampai
ke Ambarawa dan berhasil menguasai Ambarawa
pada 15 Desember 1945.
Ahmad Yani juga membentuk pasukan khusus untuk menumpas
pemberontakan DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia). Pasukan itu bernama Banteng Raiders. Wilayah-wilayah
yang dikuasai DI/TII kembali dapat dikuasai oleh pasukan itu. Ahmad Yani juga
berhasil menumpas pemberontakan PRRI/Permesta
(Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta).
PRRI/Permesta yang semula menentang kebijakan pusat dapat kembali ke pangkuan
Ibu Pertiwi.
Tentara menembak Jend. Yani yang berada sekitar dua meter di balik pintu kaca. |
Jenderal Ahmad Yani,
salah satu dari tujuh orang yang dibunuh oleh pasukan Cakrabirawa pada 1
Oktober 1965 dinihari. Jenazah mereka ditemukan pada 3 Oktober 1965 di sumur di
daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Oleh karena kendala teknis, baru pada 4
Oktober 1965 semua jenazah berhasil dievakuasi dan dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata.
Pada 5 Oktober 1965 Pemerintah RI menganugerahkan gelar
Pahlawan Revolusi kepada mereka. Ketika ditembak oleh tentara, Jenderal Ahmad
Yani menjabat sebagai Menteri/Panglima TNI AD.
Ia gugur pada usia 43 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar