Pada 1948 perwakilan Indonesia di New York menginstruksikan perusahaan perangko J & H Stolow Inc untuk menyiapkan seri perangko untuk Republik Indonesia. Seri pertama perangko itu bertuliskan ‘Repoeblik Indonesia’. Pada 1949 ejaan dari ‘oe’ diubah menjadi ‘u’ sehingga seri perangko itu juga diterbitkan dengan tulisan ‘Republik Indonesia’. Peristiwa 6 Juli 1949 menjadi memori pada gambar perangko RI.
Ibukota RI pindah dari Jakarta ke Yogyakarta pada Januari 1946 karena Jakarta menjadi tidak aman dengan kembalinya tentara Belanda ke Indonesia. Presiden Soekarno, Perdana Menteri Sjahrir, Mohammad Roem, Amir Sjarifudin hampir dibunuh tentara NICA di Jakarta. Pada 3 Januari 1946 malam Presiden, Wakil Presiden, dan para menteri mengungsi ke Yogyakarta naik kereta api. Di Yogyakarta mereka mengurus semua kegiatan pemerintahan RI.
Namun Yogyakarta diserang tentara Belanda pada 19 Desember 1948. Mereka menangkap Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Perdana Menteri Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Mereka diasingkan di Bangka. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjarifudin Prawiranegara.
Di Yogyakarta para tentara Indonesia dipimpin Jenderal Sudirman secara besar-besaran menyerang tentara Belanda pada 1 Maret 1949. Jenderal Sudirman ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI masih kuat dan sanggup melawan Belanda. Ini memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB.
Soeharto pada
waktu itu sebagai komandan brigade X menjadi pelaksana lapangan di wilayah
Yogyakarta. Peristiwa TNI menyerang Belanda di Yogyakarta ini dikenal sebagai
Serangan Umum 1 Maret 1949. Akhirnya Dewan
Keamanan PBB dalam sidangnya pada 23 Maret 1949 memutuskan: penjajah Belanda
harus ke luar dari wilayah RI dimulai dari Yogyakarta yang pada waktu itu
menjadi ibukota RI.
Kemudian
dilanjutkan dengan perundingan yang menghasilkan Perjanjian Roem – Royen. Salah
satu isi perjanjian itu: Yogyakarta dibebaskan dari pendudukan tentara Belanda.
Sejak 24 Juni – 29 Juni 1949 tentara Belanda ditarik ke luar dari Yogyakarta.
Tanggal 29 Juni 1949 dinyatakan sebagai tanggal
kembalinya Yogyakarta sebagai ibukota RI. Para pemimpin bangsa Indonesia tiba
di Yogyakarta dari pengasingan di Bangka pada 6 Juli 1949. Jakarta kembali
menjadi ibukota RI pada 27 Desember 1949.
Foto: Buku ’71 Tahun Bingkisan Revolusi’ oleh Kantor Berita Antara
Foto: Buku ’71 Tahun Bingkisan Revolusi’ oleh Kantor Berita Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar