Peristiwa 12 - 14 Mei 1998 ketika banyak pertokoan Tionghoa dibakar dan ratusan orang tewas
terpanggang menyentuh hati Ir.Azmi Abubakar. Pemuda asal Aceh ini lalu
mengumpulkan buku, dokumen, koran, foto, dan segala benda bertema Tionghoa. Ia
ingin bangsa Indonesia mengetahui peran dan jasa besar etnis Tionghoa di
Indonesia. “Etnis Tionghoa adalah saudara kita. Mereka juga memiliki kontribusi
besar dalam perjuangan kemerdekaan kita. Tapi suara mereka dibungkam selama
masa Orde Baru. Semua yang terkait dengan budaya etnis Tionghoa dilarang. Saya
tidak ingin ada rasisme dan diskriminasi di negara kita. Kita setara,” kata
Azmi.
Ir. Azmi Abubakar |
Padahal pada
masa penjajahan Belanda pemimpin perang terbesar (1740 – 1743) di pulau Jawa
adalah Tionghoa bernama Kapiten Sepanjang. Laksamana John Lie adalah pahlawan
nasional asal etnis Tionghoa. THHK (Tiong Hoa Hwee Kwan) adalah sekolah modern
pertama di Indonesia yang berdiri pada 1901. Sekarang dikenal dengan sebutan
Pahoa. Etnis Tionghoa berperan dalam
mendirikan ITB dan Undip yang selama ini tak pernah diberitakan. Surat kabar Sin Po yang menyiarkan lagu
Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman ketika tak ada satu pun media yang
berani memuat lagu kebangsaan itu. W.R. Supratman adalah wartawan Sin Po. Ada beberapa anggota BPUPKI (Badan Penyelidik
Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang berasal dari etnis Tionghoa.
Ir. Azmi
Abubakar memiliki sekitar 35 ribu bacaan mengenai etnis Tionghoa yang
dikumpulkannya sejak 1998. Ia kemudian mendirikan Museum Pustaka Peranakan
Tionghoa pada pertengahan November 2011. Melalui museum ini Azmi ingin
memberikan pengetahuan kepada generasi tua dan muda mengenai sejarah Indonesia.
Museum itu berupa ruko dua lantai di CBD Plaza di BSD City, Tangerang. Ia
membiayai sendiri semua perawatan dan penambahan jumlah koleksi museumnya. Museumnya
kini menjadi tempat untuk mencari referensi oleh para pelajar dan mahasiswa
dari luar kota dan luar negeri.
Semasa
kuliah di Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Indonesia ia aktif di
berbagai organisasi mahasiswa. Pada 1999 Ir. Azmi menjadi pimpinan tertinggi Komite Mahasiswa Pemuda Aceh
Nusantara yang memiliki banyak cabang di
berbagai daerah di Indonesia. Ia memprakarsai terciptanya perdamaian di Aceh yang
pada waktu itu sedang konflik bersenjata yang berkepanjangan. Kini ia menjadi pengusaha
properti, memiliki sejumlah toko buku di antaranya di Kuala Lumpur, dan menjadi
caleg Partai Solidaritas Indonesia di dapil Tangerang. Bila menjadi anggota
legislatif, ia antara lain ingin pelajaran
sejarah berisi kontribusi semua etnis bagi perjuangan dan kemajuan negara kita.