Kebenaran sejati ibarat cahaya yang
tertangkap dan tersalur lewat lampu kristal. Mata menangkap cahaya itu penuh
warna-warni karena perbedaan sudut pandang dan spektrum. Masing-masing
mendapatkan warna cahaya tertentu dengan kesan tertentu. Padahal, hakikat
cahaya itu satu, namun berada di balik keragaman warna.
Tuhan Maha Mutlak. Dia Tidak Terbatas!
Bila Tuhan Mutlak dan Tidak Terbatas, tentu akan menampung segalanya. Termasuk
perbedaan hamba-hambaNya yang sangat beragam ini. Aneh bila ada seorang yang
sudah mencapai tingkatan tertinggi dalam wilayah spiritual lalu mengatakan
bahwa hanya dirinya yang benar dan yang lain keliru, bahkan sesat. Bila dirinya
mengaku – setidaknya – apa yang ia yakini sebagai yang paling benar, dirinya
telah memproklamasikan menjadi Yang Mutlak. Bukankah ini kesombongan yang
nyata?
Kebenaran seperti gelas yang utuh. Dan
masing-masing kita hanya memiliki pecahan-pecahan dari gelas itu. Betapa indah
bila masing-masing kita saling berpadu, mengumpulkan bersama puing-puing dan
pecahan-pecahan gelas yang berserakan itu menjadi satu kebenaran yang utuh. Dan
sekali lagi, Tuhan tetap Tak Terbatas, sejak dulu, kini hingga kapan pun.
Sumber: buku 250 Wisdoms. Membuka Mata, Menangkap Makna karya Prof. Komaruddin
Hidayat dalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar