Serangan teroris pada 11 September 2011 di Amerika menjadi
pukulan berat bagi American Express, perusahaan jasa keuangan, biro perjalanan,
dan asuransi. Banyak perusahaan di Amerika memotong anggaran dan kegiatan
perjalanan juga sangat berkurang. Para karyawan American Express menganggap
peristiwa 11 September itu sebagai malapetaka. Mereka kehilangan semangat bekerja,
perasaan pesimistis melanda seluruh karyawan.
Kenneth Chenault baru
sembilan bulan diangkat menjadi CEO di perusahaan itu ketika serangan teroris
terjadi. Tapi ia melihat musibah itu dari sudut pandang yang berbeda. Ia
melihat masih ada peluang dari tantangan yang berat. Ia menghadapi kelesuan bisnis dengan
optimistis. “Harapkan yang terbaik, tapi bersiaplah untuk yang terburuk.” Itu
pesan yang sering disampaikannya dalam rapat dengan para karyawan. Dengan tekad
ingin menularkan sikap optimistisme kepada mereka, ia tidak menunjukkan kecemasan dan selalu penuh
semangat bekerja. Dalam waktu singkat semangat dan optimisme Chenault menular
kepada seluruh karyawan di perusahaan itu.
Kurang dari setahun kemudian American Express bangkit
kembali dan menunjukkan banyak pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan itu
berlangsung sampai beberapa tahun.
Chenault merespon keadaan yang sangat menantang itu dengan keteguhan mental.
Dengan cara berpikir yang positif, ia mengeluarkan energi positif: semangat,
optimististik, bekerja sunguh-sungguh, dan pantang menyerah.
Chenault tahu bahwa kemarahan, kebahagiaan, kesedihan,
kepanikan, kebaikan, dan kejahatan adalah energi-energi yang dapat menular
kepada orang lain. Ia memilih untuk menularkan energi-energi positifnya dan
tidak mau tertular oleh energi-energi negatif.
https://www.london.edu/faculty-and-research/lbsr/an-interview-with-kenneth-chenault-ceo-at-american-express#.VpeGR09TG1s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar