Adik saya tak dapat BAB selama dua
minggu. Ia sudah minum berbagai obat pencahar untuk mengeluarkan kotoran dari
dalam perutnya. Namun semua usahanya sia-sia. “Ia terkena kanker usus,” kata
dokter setelah melihat hasil rontgen pada Januari 2009. Usus adik saya lalu
dipotong. Kanker ternyata masih menjalar membelit erat ususnya. Ususnya harus
dipotong lagi. Tubuhnya makin kurus dari hari ke hari, seperti tulang dibalut
kulit tanpa daging. Pada 13 Mei 2009 ia menghembuskan nafas terakhirnya di sisi
saya dan dua suster yang merawatnya. Bagi orang yang bertubuh sehat, BAB
dianggap hal yang wajar, suatu hal yang sudah semestinya terjadi. Tapi para
penderita kanker pencernaan harus kehilangan usus untuk mengeluarkan kotoran di
dalam perut mereka, bahkan harus kehilangan nyawa.
Beberapa minggu lalu perempuan dengan
pipi kanan bengkak duduk di kursi roda yang didorong seorang pria didampingi
petugas medis. Perempuan itu dimasukkan ke ruang operasi di rumah sakit. Di
ruang tunggu pria itu bercerita bahwa istrinya sakit gigi sampai gusinya
bengkak. Dokter gigi memberinya antibiotik. Namun selama pengobatan antibiotik,
gusi terus membengkak sampai istrinya harus dioperasi oleh ahli bedah mulut.
“Ternyata sakit giginya berubah menjadi tumor. Ia tidak bisa makan selama giginya
sakit,” kata pria itu. Bagi orang yang memiliki gigi utuh dan sehat, mengunyah
makanan dianggap hal yang wajar, menjadi kegiatan sehari-hari, dan dianggap
memang demikianlah yang harus terjadi dalam kehidupan. Bila kau memiliki gigi
yang lengkap dan kuat, bersyukurlah meski mungkin lauk yang tersedia hanya
sederhana. Ada orang yang ingin sekali memiliki gigi seperti dirimu.
Di sebuah kios yang menerima jasa
fotokopi ada seorang pria yang kehilangan separuh lengan kanannya. Ia tak dapat
lagi bekerja dengan tangkas. Bersyukurlah bila kita memiliki sepuluh jari
tangan. Itu karunia Allah untuk kita. Mengetik keyboard komputer, menyentuh
layar HP, adalah kegiatan ringan sehari-hari, menjadi hal yang biasa saja,
dianggap memang sudah semestinya begitu. Sedangkan orang yang tak memiliki
tangan sangat ingin memiliki anggota tubuh yang lengkap seperti dirimu. Fa bi
ayyi ālā'i Rabbikumā tukażżibān. Maka nikmat Allah manakah yang engkau
dustakan? Apakah karunia itu akan kita gunakan dengan baik atau tidak, tentu
pilihan ada di tangan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar