Beberapa
kali saya datang ke Museum Tekstil, karena di museum ini cukup sering diadakan
seminar tentang batik dan kain tenun dari berbagai daerah di Indonesia. Juga
ada kegiatan belajar membatik di sini. Bangunan museum ini klasik. Lantainya
indah, meski sebagian sudah rusak. Bagus untuk berfoto di sini J
Dibangun
pada awal abad ke-19 oleh seorang Prancis, rumah pribadi ini kemudian dijual
kepada Konsul Turki di Jakarta, Abdul Aziz Al Mussawi Katiri. Sayangnya pada
situs Museum Tekstil tak ada informasi siapa nama orang Perancis itu dan pada tahun berapa bangunan ini dijual.
Pada 1942
properti itu dijual lagi ke Dr. Karel Christian Crucq. Juga saya tak menemukan
informasi siapakah Crucq ini. Pada 1945 bangunan ini digunakan sebagai markas
Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang
baru diproklamasikan Indonesia.
Pada 1947
bangunan ini dimiliki oleh Lie Sion Pin
dan disewakannya kepada Departemen Sosial, lalu digunakan Departemen ini sebagai
panti jompo. Pada 1962 Departemen Sosial
mengakuisisi properti ini, awalnya digunakan sebagai kantor kemudian menjadi
asrama karyawan pada 1966. Juga saya tak memperoleh informasi siapakah Lie Sion
Pin ini.
Pada 1975 Menteri Sosial Mohammad Syafaat
Mintaredja secara resmi memberikannya kepada Pemerintah DKI Jakarta yang
dipimpin Gubernur Ali Sadikin. Kemudian
Ali Sadikin menjadikan tempat ini untuk melestarikan tekstil Indonesia.
http://museumtekstiljakarta.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar