Jauh sebelum abad ke-15 orang Tionghoa atau China sudah
berdatangan dan menetap di Indonesia. Laksamana Cheng Ho (Zheng He) adalah
tokoh utama kaum imigran Tionghoa gelombang pertama di Asia Tenggara. Beberapa
generasi mereka lahir dan terbagi menjadi dua golongan: Tionghoa Totok dan
Tionghoa Peranakan.
Tionghoa Totok mempertahankan kemurnian ras dan kebudayaan
nenek moyang mereka, antara lain dengan menghindari perkawinan antar etnik. Sementara
Tionghoa Peranakan adalah keturunan
hasil perkawinana pria Tionghoa dan perempuan dari etnik lain di Nusantara.
Mereka melahirkan kebudayaan Peranakan, campuran antara kebudayaan Tionghoa dan
kebudayaan lokal. Mereka mengadopsi berbagai elemen kebudayaan Nusantara, mulai
dari bahasa, kuliner, sampai busana. Kebaya Encim atau kebaya Nyonya yang penuh
bordir warna-warni adalah salah satu contoh bahwa Tionghoa mengadopsi kebudayaan
lokal. Resep maakan dari Tiongkok seperti bakso, mie, dan somay juga dicoba
oleh masyarakat Nusantara.
Resep masakan Belanda, China, dan Nusantara tempo dulu
tersedia di Dapur Babah di Jalan Veteran I, Jakarta Pusat.Yang menarik adalah suasana
di dalam restoran. Dari mebel, hiasan dinding, piring dan serbet, semua
bernuansa etnik Tionghoa. Bila Anda ingin makan seperti bangsawan China tempo
dulu, Dapur Babah dapat menjadi pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar