Kebudayaan peranakan memberikan pengaruh pada corak hias
batik pesisiran. Corak hias utama berupa
bangau, teratai, ikan, merak, atau naga. Semua itu simbol dalam kepercayaan
Tionghoa yang berakar pada Taoisme,
Kongfusianisme, dan Buddhisme. Corak hias geometris seperti banji menjadi latar
batik atau isen-isen bunga kecil seperti bunga jeruk atau daun semanggi.
Ragam hias batik pesisiran lebih bebas, karena berupa
simbol-simbol dari filosofi hidup seperti yang ada pada batik keraton. Ragam hias batik pesisiran mendapat pengaruh
dari berbagai pedagang yang datang dari luar Indonesia seperti pedagang dari
Tiongkok dan Arab.
Batik pesisiran lebih merupakan batik niaga karena batik ini
diperdagangkan untuk mendapatkan sedikit uang selama menunggu masa panen,
karena pekerjaan membatik adalah pekerjaan sambilan bagi para wanitanya.
Batik pesisiran dibuat atas permintaan pembeli sehingga corak
hias lebih dinamis. Pemakaiannya pun tidak terbatas pada kalangan tertentu
seperti batik keraton. Batik pesisiran merupakan komoditi dagang wong cilik di
pasar lokal, pasar antar kota hingga antar pulau, bahkan ke luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar