Carlos adalah seorang sopir yang selalu mengemudikan mobil
yang digunakan Presiden Soekarno bila berkunjung ke Roma. Kedutaan Besar RI di Italia
telah menyeleksinya di antara puluhan sopir dari sebuah perusahaan angkutan di
Roma. Carlos selalu menjadi sopir pilihan. Dalam suatu kunjungan ke Roma,
begitu turun dari pesawat terbang Presiden Soekarno naik mobil yang disediakan
untuknya. Kali ini bukan Carlos yang menjadi sopirnya. Presiden langsung
bertanya kepada Duta Besar RI yang menjemputnya.
“Mengapa sopirnya lain? Carlos ke mana?”
“Ia sedang cuti ke Swiss,” jawab Dubes.
“Panggil Carlos pulang. Saya mau Carlos!” kata Presiden.
“Baik, Pak.”
Begitu rombongan tiba di hotel ajudan Presiden, Bambang
Widjanarko, mendapat cerita mengenai Carlos dari staf Kedubes RI. Ternyata
banyak teman sekerja Carlos yang iri kepadanya. Mereka juga ingin menjadi sopir
Presiden Soekarno yang namanya amat populer. Mereka minta
kepada pimpinan perusahaan agar dilakukan penggiliran tugas. Pimpinan
perusahaan memenuhi tuntutan mereka dan menunjuk sopir lain untuk mengemudikan
mobil Presiden Soekarno. Sementara Carlos diberi cuti ke Swiss bersama
keluarganya atas biaya perusahaan.
Tapi Presiden Soekarno bersikeras agar Carlos yang menjadi sopirnya.
Staf kedutaan RI segera menghubungi perusahaan di mana Carlos bekerja agar Carlos
segera dipanggil pulang. Bambang Widjanarko menyampaikan kepada Presiden
Soekarno mengapa Carlos tidak bertugas kali ini.
Keesokan harinya ketika Presiden Soekarno sedang sarapan,
Carlos masuk ke ruangan dengan pakaian seragam pengemudi. Wajahnya sangat
gembira. Ia memberi hormat secara militer kepada Presiden RI.
“Your Excellency, I am at your service.”
Presiden tersenyum lebar dan mengulurkan tangan yang segera
dijabat Carlos.
“Well, Carlos. Where have you been? I missed you. Bagaimana
kabar istri dan anak-anakmu?”
Disapa dengan akrab seperti itu oleh Presiden tampak Carlos
sangat bahagia. Ia segera menjawab: “Mungkin
Yang Mulia sudah mendengar ceritanya. Saya dipaksa cuti ke Swiss bersama
keluarga. Kami senang bisa berlibur apalagi semua dibiayai perusahaan. Tetapi
kemarin sore ketika kami mendapat berita dari perusahaan agar segera pulang
karena saya harus menjadi sopir Yang Mulia, kami menjadi lebih gembira. Bahkan
istri saya mendesak agar kami segera kembali ke Roma. Sekarang saya siap
melayani Yang Mulia.”
Presiden Soekarno tidak memikirkan diri sendiri. Pada suatu
acara makan malam di restoran ia memerintahkan ajudan agar semua sopir dalam rombongan
diundang. Ada sepuluh orang, termasuk Carlos. Mereka duduk mengitari dua meja
dengan hidangan yang sama seperti yang dimakan rombongan Presiden. Mereka
sangat gembira dan merasa mendapat kehormatan diundang makan bersama Presiden
di restoran terkenal. Acara makan malam
berlangsung sekitar tiga jam. Presiden Soekarno mendatangi meja mereka sebentar
untuk mengucapkan terima kasih atas kesediaan mereka melayani rombongan.
Tibalah hari untuk
meninggalkan Roma. Semua anggota
rombongan siap naik mobil yang akan membawa mereka ke bandara. Presiden
Soekarno keluar dari lobi hotel menuju mobil yang telah tersedia di depan
pintu. Seketika ia berhenti, melihat semua sopir berdiri berbaris rapi di depan
pintu sambil memegang topi seragamnya. Lalu terdengar aba-aba: "One, two, three!” Semua pengemudi serentak bernyanyi:
“Bung Karno siapa yang punya...
Bung Karno siapa yang punya...
Bung Karno siapa yang punya...
Yang punya kita semua...”
Sungguh mengharukan pada saat itu. Para pengemudi bangsa
Italia menyanyikan dengan baik lagu berbahasa Indonesia yang amat populer pada
masa itu. Mereka belajar lagu itu dari seorang anggota staf Kedubes RI dan mereka
sangat menyukai lagu itu. Presiden Soekarno mengucapkan terima kasih sambil menyalami
mereka satu persatu. Presiden kita telah merebut hati semua pengemudi di Roma.
*Beliau ke Roma pada 1956, 1959, dan 1964.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar