Ini kutipan dari buku Nyanyi Sunyi Seorang Bisu karya
Pramoedya Ananta Toer. Di sini kita bisa mengetahui pentingnya membaca dan
memiliki data akurat untuk membuat sebuah tulisan.
“Kemudian aku bermaksud menulis sebuah roman tentang Periode
Kebangkitan Nasional. Walau pekerjaan itu sudah mulai kucoba di Unit III,
sekarang ini aku menjadi ragu, karena suatu waktu akan dibaca oleh orang lain,
bukan olehku sendiri. Kalau mengandalkan ingatan saja bisa menjadi kedodoran.
Kalau toh ditulis juga dan ternyata tidak akurat, orang akan bisa menuduh aku
memalsu sejarah, dan itu memang bukan bidangku. Setiap pemalsuan sejarah akan
mengakibatkan bencana sosial. Aku ingin menulis sebuah roman besar dalam
hidupku. Setiap pengarang bercita-cita menghasilkan karya abadi, dibaca
sepanjang abad, dan lebih baik lagi dibaca umat manusia di seluruh dunia
sepanjang zaman. Jadi aku bukan keluarbiasaan di antara pengarang, nasional
ataupun internasional.”
“Aku berjanji untuk menulis roman lagi pada umurku yang
empat puluh tahun. Tepat pada umur tersebut aku justru masuk ke dalam tahanan,
1965. Semua bahan tulisan yang telah aku kumpulkan dengan susah payah dan
mahal binasa di tangan orang-orang yang tidak mengerti. Seperti yang dikatakan
Jenderal Soemitro, memang seseorang bisa mempunya pride karena dokumentasinya,
tetapi dokumentasi bukan pride. Dia tulang punggung, kekuatan, pedoman
kenyataan di tangan, yang dengannya suatu kerja cipta dibangun.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar