Rabu, 17 Maret 2021

Kanal dan Situ untuk Mencegah Banjir di Jakarta

 


“Tuhan menciptakan bumi, tetapi orang Belanda menciptakan Netherland” Orang Belanda memang terkenal kehebatannya dalam teknik mengatasi masalah air. Sejak dulu mereka harus berjuang melawan air karena dua pertiga dari tanah di Belanda lebih rendah dari permukaan laut. Seluruh wilayah Belanda terkenal dengan kanal-kanalnya, pintu air, dan bendungan atau dam. Ketrampilan dan teknologi mengelola air ini pulalah yang mereka terapkan di Batavia setelah mereka membangun kota ini pada awal abad ke-17.

Selain sungai dan kanal, di Jakarta dan sekitarnya banyak dibuat situ atau danau buatan oleh pemerintah Hindia Belanda. Jumlahnya lebih dari 120, di antaranya di Pasar Minggu, Ciputat, Depok, Ciledug, Tangerang, dan Bekasi. Ada pula Situ Babakan, Situ Gintung, Situ Pamulang, Situ Cipondoh, Situ Pedongkelan, Situ Bojongsari, Situ Citayam, dan banyak lainnya. Di Depok terdapat 26 situ, dua atau tiga terdapat di kampus UI. Danau-danau buatan ini untuk menampung air pada musim hujan dan persediaan air pada musim kemarau. Jadi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan di Jakarta yaitu mengurangi banjir dan mengendalikan air.

Pada 1950an situ-situ itu masih berfungsi dengan baik. Beberapa situ  kemudian berubah menjadi perumahan atau pertokoan. Ini antara lain yang menyebabkan Jakarta menjadi lebih sering banjir.  Situ di dalam kota yang terkenal adalah Situ Lembang di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat. Pada 1950-an Situ Lembang sering dipakai untuk tempat bersantai, bahkan banyak bocah yang mandi atau bermain perahu di sana. Situ Lembang masih terawat baik sampai sekarang.

Belanda mengalami banjir besar di beberapa kotanya pada 1953. Peristiwa itu menjadi berita dunia. Setelah itu Belanda benar-benar memperbaiki seluruh sarana pengelolaan airnya.

 Sumber: Jakarta 1950-an karya Firman Lubis