Senin, 27 April 2020

Sopir Presiden Soekarno di Roma


Carlos adalah seorang sopir yang selalu mengemudikan mobil yang digunakan Presiden Soekarno bila berkunjung ke Roma. Kedutaan Besar RI di Italia telah menyeleksinya di antara puluhan sopir dari sebuah perusahaan angkutan di Roma. Carlos selalu menjadi sopir pilihan. Dalam suatu kunjungan ke Roma, begitu turun dari pesawat terbang Presiden Soekarno naik mobil yang disediakan untuknya. Kali ini bukan Carlos yang menjadi sopirnya. Presiden langsung bertanya kepada Duta Besar RI yang menjemputnya.

“Mengapa sopirnya lain? Carlos ke mana?”
“Ia sedang cuti ke Swiss,” jawab Dubes.
“Panggil Carlos pulang. Saya mau Carlos!” kata Presiden.
“Baik, Pak.”

Begitu rombongan tiba di hotel ajudan Presiden, Bambang Widjanarko, mendapat cerita mengenai Carlos dari staf Kedubes RI. Ternyata banyak teman sekerja Carlos yang iri kepadanya. Mereka juga ingin menjadi sopir Presiden Soekarno yang namanya amat populer. Mereka minta kepada pimpinan perusahaan agar dilakukan penggiliran tugas. Pimpinan perusahaan memenuhi tuntutan mereka dan menunjuk sopir lain untuk mengemudikan mobil Presiden Soekarno. Sementara Carlos diberi cuti ke Swiss bersama keluarganya atas biaya perusahaan.

Tapi Presiden Soekarno bersikeras agar Carlos yang menjadi sopirnya. Staf kedutaan RI segera menghubungi perusahaan di mana Carlos bekerja agar Carlos segera dipanggil pulang. Bambang Widjanarko menyampaikan kepada Presiden Soekarno mengapa Carlos tidak bertugas kali ini. 

Keesokan harinya ketika Presiden Soekarno sedang sarapan, Carlos masuk ke ruangan dengan pakaian seragam pengemudi. Wajahnya sangat gembira. Ia memberi hormat secara militer kepada Presiden RI.

Your Excellency, I am at your service.”
Presiden tersenyum lebar dan mengulurkan tangan yang segera dijabat Carlos.
Well, Carlos. Where have you been? I missed you. Bagaimana kabar istri dan anak-anakmu?”

Disapa dengan akrab seperti itu oleh Presiden tampak Carlos sangat bahagia. Ia segera menjawab: “Mungkin  Yang Mulia sudah mendengar ceritanya. Saya dipaksa cuti ke Swiss bersama keluarga. Kami senang bisa berlibur apalagi semua dibiayai perusahaan. Tetapi kemarin sore ketika kami mendapat berita dari perusahaan agar segera pulang karena saya harus menjadi sopir Yang Mulia, kami menjadi lebih gembira. Bahkan istri saya mendesak agar kami segera kembali ke Roma. Sekarang saya siap melayani Yang Mulia.”

Presiden Soekarno tidak memikirkan diri sendiri. Pada suatu acara makan malam di restoran ia memerintahkan ajudan agar semua sopir dalam rombongan diundang. Ada sepuluh orang, termasuk Carlos. Mereka duduk mengitari dua meja dengan hidangan yang sama seperti yang dimakan rombongan Presiden. Mereka sangat gembira dan merasa mendapat kehormatan diundang makan bersama Presiden di restoran terkenal. Acara makan malam berlangsung sekitar tiga jam. Presiden Soekarno mendatangi meja mereka sebentar untuk mengucapkan terima kasih atas kesediaan mereka melayani rombongan.

Tibalah hari  untuk meninggalkan Roma. Semua anggota  rombongan siap naik mobil yang akan membawa mereka ke bandara. Presiden Soekarno keluar dari lobi hotel menuju mobil yang telah tersedia di depan pintu. Seketika ia berhenti, melihat semua sopir berdiri berbaris rapi di depan pintu sambil memegang topi seragamnya. Lalu terdengar aba-aba: "One, two, three!”  Semua pengemudi serentak bernyanyi:

“Bung Karno siapa yang punya...
Bung Karno siapa yang punya...
Bung Karno siapa yang punya...
Yang punya kita semua...”

Sungguh mengharukan pada saat itu. Para pengemudi bangsa Italia menyanyikan dengan baik lagu berbahasa Indonesia yang amat populer pada masa itu. Mereka belajar lagu itu dari seorang anggota staf Kedubes RI dan mereka sangat menyukai lagu itu. Presiden Soekarno mengucapkan terima kasih sambil menyalami mereka satu persatu. Presiden kita telah merebut hati semua pengemudi di Roma.  

*Beliau ke Roma pada 1956, 1959, dan 1964.



Sabtu, 25 April 2020

Siapa yang lebih berpahala


Tepat ketika azan salat ashar terdengar, A segera berwudu untuk salat. Tiba-tiba...gubrak!!! Terdengar suara berdentum sangat keras di depan rumahnya dan beberapa orang menjerit. A meneruskan salatnya. Sementara B, tetangganya, segera ke luar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Seorang pengemudi motor tampak berlumuran darah, jatuh di aspal. Ia menjadi korban tabrak lari. B segera menggotong pengemudi motor ke dalam mobilnya untuk dibawa ke rumah sakit. Motor yang rusak diamankan di dalam garasi rumahnya.

Di ruangan gawat darurat rumah sakit B berurusan dengan petugas adminstrasi dan tenaga medis, menjawab beberapa pertanyaan mereka. B juga menghubungi semua kontak yang ada di ponsel pengemudi motor untuk memberitahu mengenai keadaannya. Beberapa orang yang diteleponnya mengajukan banyak pertanyaan. Beberapa orang  lagi datang ke rumah sakit bergantian menemuinya untuk bertanya kronologi kejadian dan untuk melihat kondisi korban. Masing-masing mengajukan pertanyaan mengenai peristiwa kecelakaan itu. B dengan sabar melayani mereka dengan jawaban yang sama kepada setiap orang. Tanpa disadarinya waktu salat ashar terlewat.

Siapakah orang yang mendapatkan banyak karunia Allah, A atau B? Apakah B berdosa karena lalai salat ashar? Apakah A mendapatkan pahala lebih banyak karena salat tepat waktu? Apakah orang yang salatnya lebih banyak akan mendapatkan pahala lebih besar daripada orang yang banyak menolong sesama? Tak perlu dijawab. Hanya Allah yang berhak menjawab.

Rindu Islam Datang


Saya rindu Islam yang teduh dengan wajah penuh kesabaran, bukan kemarahan
Saya rindu takbir Allahu Akbar yang menggetarkan jiwa karena kemuliaan Allah, bukan yang menakutkan manusia
Saya rindu masjid dengan suara khotbah yang lembut dengan isi yang sejuk, bukan yang lantang menantang
Saya rindu Islam yang membawa perdamaian, bukan permusuhan
Saya rindu Islam yang mencari rezeki yang halal, menjadi sedekah yang halal, menjadi amal yang diterima oleh Sang Maha Mengetahui
Bukankah Allah berjanji bahwa surga hanya milik orang yang berhati tenang, lembut, dan teduh

“Hai jiwa yang tenang, lembut, dan teduh. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridho dan diridhoi. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam surgaKu.” (Surat Al Fajr: 27-30)

Senin, 20 April 2020

Universitas Wanita Kartini




Fakultas Kedokteran Universitas Wanita Kartini (FK Unwantini) dibina oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain pembinaan, FK Unwantini praktis ditumpangkan di FKUI. Unwantini pada waktu itu baru memiliki satu fakultas, didirikan pada 1965 oleh Dokter Hurustiati Soebandrio yang menjadi pejabat tinggi di Departemen Kesehatan. Dokter ini sangat berpengaruh karena suaminya, Dokter Soebandrio, adalah Menteri Luar Negeri RI yang dekat dengan Presiden Soekarno. Selain Dokter Hurustiati, Unwantini didirikan oleh para tokoh wanita pada zaman itu untuk meningkatkan derajat kaum wanita sesuai dengan cita-cita R.A.Kartini. Dekan FK Unwantini yang pertama adalah Dokter Hurustiati Soebandrio.

Sejak didirikan FK Unwantini diintegrasikan ke dalam FKUI, para mahasiswinya campur kuliah bersama mahasiswa-mahasiswi FKUI. Mereka jadi seperti mahasiswi FKUI. Mahasiswi Unwantini direkrut dari mereka yang tidak lulus saringan ujian masuk FKUI, namun nilainya baik. Jumlah mahasiswi yang diterima sekitar 30 – 40 orang.


Namun FK Unwantini hanya berjalan setahun karena tak lama kemudian terjadi peristiwa G30S pada 1965 dan perubahan politik. Beberapa tokoh yang dekat dengan Presiden Soekarno, termasuk Dokter Hurustiati Subandrio, kehilangan kekuasaannya. FK Unwantini terpaksa ditutup dan dibubarkan. Jadi hanya satu angkatan yang sempat belajar di fakultas itu. Para mahasiswinya kemudian dilebur ke dalam FKUI. Beberapa yang tidak naik tingkat dikeluarkan. Pada umumnya mereka lulus sebagai alumni FKUI pada 1971 -1972. Itulah sekelumit sejarah FKUI sejak cikal bakalnya sebagai Sekolah Dokter Jawa. 

Sumber: buku Jakarta 1960-an Kenangan Semasa Mahasiswa karya Firman Lubis.

Kebaikan Tenaga Medis Mempercepat Kesembuhan Pasien



Kenneth Schwartz, seorang pengacara sukses, mengalami kanker paru-paru pada usianya yang ke-40 tahun. Pada hari sebelum ia dijadwadkan untuk dioperasi, ia menunggu di ruangan persiapan operasi di rumah sakit di mana beberapa perawat lalu lalang dengan tergesa-gesa. Akhirnya namanya dipanggil, ia masuk ruangan di mana suster mengajukan beberapa pertanyaan untuk persiapan operasi.


Pada awalnya suster itu tampaknya tidak begitu ramah. Namun ketika Schwartz bercerita bahwa ia terkena kanker paru-paru, wajah suster itu berubah lembut. Mereka merasa tidak lagi sebagai pasien dan suster ketika Schwartz bercerita mengenai Ben, puteranya yang berusia dua tahun. Pada akhir wawancara suster meneteskan air mata mendengar kisahnya. Meski tugasnya bukan di bagian operasi, suster itu mengatakan ia akan datang untuk menjenguk Schwartz.

Keesokan harinya ketika Schwartz duduk di kursi roda untuk masuk ke ruang operasi ia melihat suster itu. Suster menyentuh tangannya dengan mata berkaca-kaca dan mengucapkan semoga operasi berjalan lancar. Sikap suster yang baik ini sangat menyentuh hati Schwartz. Ia ingin agar kebaikan seperti ini dapat dirasakan oleh lebih banyak pasien. Beberapa bulan kemudian, sehari sebelum kematiannya, ia mendirikan Keneth B. Schwartz Center yang kegiatannya memberikan ‘Compassionate Caregiver Award’ setiap tahun. Tujuannya untuk ‘mendukung perawatan yang penuh kasih’ yang dapat membantu proses kesembuhan pasien. Penghargaan ini diberikan kepada tenaga medis yang merawat pasien dengan penuh kasih dan menjadi inspirasi bagi para tenaga medis lainnya.
Seorang pengajar di akademi keperawatan di AS, Dokter Lown, mengatakan bahwa rumah sakit jangan semata-mata mengutamakan teknologi kedokteran, peralatan medis, dan obat-obatan. Juga penting diperhatikan bahwa sikap tenaga medis yang baik juga dapat mempercepat proses kesembuhan pasien. Di akademi keperawatan kecerdasan sosial para peserta didik juga dinilai sebelum diberikan ijazah kelulusannya.
Sumber: buku Social Intelligence, The New Science of Human Relationships karya Daniel Goleman

Minggu, 19 April 2020

Kebohongan tentang Penganiayaan terhadap Pahlawan Revolusi

Pada 4 Oktober 1965, sebagai panglima Komando Strategis Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soeharto mengeluarkan perintah tertulis kepada Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat untuk melakukan visum et repertum. Perintah itu dilaksanakan oleh sebuah tim kedokteran forensik terhadap enam jenderal dan satu perwira menengah yang diserang dan dibunuh oleh pasukan Gerakan Tigapuluh September. Hasil visum selesai keesokan harinya. Pada 6 Oktober 1965 Mayor Jenderal Soeharto menerima hasil visum yang menyatakan tidak ada kemaluan korban yang dimutilasi atau mata dicongkel. Setelah visum diterima, Soeharto tidak mengeluarkan pernyataan apa pun.

Media yang berada di bawah kontrol Angkatan Darat, seperti harian Berita Yudha dan harian Angkatan Bersenjata, terus menerus menyiarkan berita bahwa para korban – yang kemudian dinyatakan sebagai Pahlawan Revolusi – telah disiksa dengan keji. Padahal tak ada bukti pada jenazah bahwa mereka dicederai.
Di berbagai daerah di seluruh negeri, kemarahan yang disulut berita itu memicu meluasnya pembunuhan terhadap mereka yang dituduh terlibat G30S, tanpa bukti. Terutama pembunuhan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia dan berbagai organisasi yang sejalan secita-cita dengannya.
Dua puluh tahun kemudian muncul film yang diwajibkan ditonton anak-anak sekolah, Pengkhianatan G30S/PKI.

Sumber: buku Memoar Martin Aleida, Romantisme Tahun Kekerasan.

Sabtu, 18 April 2020

Sumbangan Islam kepada Peradaban Modern


Antara abad ke-9 dan ke-14 peradaban Islam mengalami kejayaannya di dunia, ilmu pengetahuan menyebar dari Timur ke Barat. Umat Islam memberi kontribusi kepada ilmu kimia, matematika, astronomi, ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu pengetahuan sosial, dan filsafat. 

Bahan-bahan kimia yang ditemukan oleh kaum muslim banyak sekali, termasuk alkohol, belerang, amoniak, boric acid, borax, dan air raksa (merkuri). Farmasi terbesar berada di berbagai wilayah Islam, terutama di Baghdad dan Kurthubah (Cordova). Rasulullah dan pengikutnya memakai minyak wangi pada waktu akan pergi salat Jumat. Pada 1950-an ahli sejarah, pelukis, pematung, dan antropolog Uni Sovyet, Mikhael Gerasimov, membongkar makam kaisar muslim Uzbekistan untuk merekonstruksi rupa dan bentuk tubuhnya. Semua hadirin terpukau oleh semerbak harum yang keluar dari peti mayatnya yang telah terpendam selama 550 tahun. Kini orang tak mampu lagi membuat minyak wangi dengan kualitas seperti itu.

Kaum muslim yang mula-mula membuat sabun bersama dengan minyak wangi yang kemudian dikenal oleh orang-orang Barat sejak Perang Salib. Kata sabon (bahasa Spanyol/Portugis), savon (Prancis), soap (Inggris), seife (Jerman) dan zeep (Belanda) berasal dari kata shabun (bahasa Arab).  Ahli ilmu bumi yang terkenal adalah Muhammad asy-Syarif al-Idrisi. Ia melukiskan dengan tepat letak tempat di permukaan bumi secara ilmu bintang. Banyak lagi contoh ilmu lain yang berasal dari kaum muslim, seperti aljabar (matematika), alfalaq (astronomi), ilmu hayat (biologi), dan sebagainya. Pada zaman itu umat Islam mengalami kejayaannya di mana iman dan takwa berjalan seiring dengan penguasaan ilmu dan teknologi. Dengan iman dan takwa, ilmu pengetahuan digunakan untuk kemanusiaan.

Sumber: buku Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern karya S.I. Poeradisastra

Jumat, 17 April 2020

Serat Nagarakertagama



Dalam Serat Negarakertagama terdapat 15 sifat Patih Gadjah Mada yang patut diteladani pemimpin bangsa:
(1) wignya, bijaksana dalam memerintah, berhasil menciptakan ketentraman.
 (2) mantriwira, pembela negara yang berani karena benar.
(3) wicaksaneng naya, bijaksana ketika menghadapi lawan maupun kawan, bangsawan maupun rakyat jelata.
(4) matanggwan, mendapat kepercayaan karena tanggung jawabnya yang besar.
 (5) satya bhakti aprabu, setia dengan hati ikhlas kepada negara dan pemimpin di atasnya.
(6) wagmi wak, pandai berdiplomasi mempertahankan atau meyakinkan sesuatu.
(7) sarjjawopasama, rendah hati, budi pekerti baik, penyabar.
(8) dhirotsaha, rajin dan sungguh-sungguh.
(9) tan lalana, selalu tampak gembira meski sedang gundah gulana.
(10) diwyacitta, mau mendengarkan pendapat orang lain dan bermusyawarah.
 (11) tan satrisna, tidak memiliki pamrih pribadi.
(12) sih-samasta-bhuwana, menghargai alam semesta sebagai rahmatan lil alamin.
(13) ginong pratidina, mengerjakan yang baik dan membuang yang buruk. 
(14) sumantri, menjadi abdi negara yang baik kelakuannya. 
(15) anayaken musuh, tak gentar pada musuh.
Sumber: Falsafah Hidup Jawa karya Suwardi Endraswara

Kamis, 16 April 2020

Turunnya Presiden Soekarno dan Naiknya Soeharto


Turunnya Presiden Soekarno terjadi secara bertahap selama satu hingga dua tahun, sejak 1966 hingga 1968. Kekuasaannya mulai berkurang ketika ia ‘terpaksa’ (atau dipaksa?) mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) pada 1966. Sampai sekarang tidak jelas benar mengapa Presiden Soekarno bersedia mengeluarkan Supersemar, yang artinya secara tidak langsung menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto. Mungkin karena situasi keamanan negara yang gawat atau kepercayaannya terhadap loyalitas Soeharto.

Setelah Supersemar keluar, Soekarno masih tetap resmi sebagai presiden. Kemudian dengan adanya wewenang khusus dari Presiden Soekarno, Soeharto segera membubarkan PKI. Keluarnya Supersemar ini segera dirayakan ABRI (kini TNI) dan para mahasiswa dengan show of force ke berbagai jalan utama di Jakarta pada 12 Maret 1966. ABRI mengerahkan tank dan panser-pansernya berkeliling dalam pawai kemenangan.

Pada 18 Maret 1966 lima belas Menteri anggota Kabinet Dwikora ditangkap Soeharto, di antaranya Soebandrio, Chaerul Saleh, Achmadi, Surachman, Oei Tjoe Tat, Moh. Achadi, Soemarno, dan Imam Sjafei (Mereka terkait atau bersimpati pada ideologi komunis). Presiden Soekarno mulai kehilangan para pengikutnya yang utama. Pada 27 Maret 1966 Kabinet Dwikora diisi Menteri-menteri baru untuk mengisi kursi-kursi Menteri yang kosong.

Kemudian Sidang Umum MPRS ke-IV diselenggarakan pada 17 Juni 1966 sampai 5 Juli 1966. Dalam sidang ini Presiden Soekarno menyampaikan pidato pertanggungjawabannya yang berjudul Nawaksara. Namun pidatonya dianggap kurang memuaskan oleh kebanyakan anggota MPRS. Maka MPRS meminta Presiden Soekarno untuk melengkapi pidato pertanggungjawabannya (Pidato ‘Pelengkap Nawaksara’ ditolak lagi oleh MPRS). Sidang Umum MPRS ke-IV secara aklamasi memilih Jenderal Abdul Haris Nasution sebagai Ketua MPRS yang baru. Dalam sidang ini MPRS juga mensahkan Supersemar sebagai keputusan resmi.

Pada 25 Juli 1966 Jenderal Soeharto membentuk kabinet baru sebagai pengganti Kabinet Dwikora, sesuai tugas yang diberikan Sidang Umum MPRS ke-IV. Kabinet baru ini dinamakan Kabinet Ampera. Pelantikannya masih dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 28 Juli 1966. Namun kabinetnya dipimpin oleh sebuah presidium yang diketuai oleh Jenderal Soeharto.

Pada 23 Februari 1967 Presiden Soekarno mengeluarkan pernyataan di Istana Negara bahwa ia menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Soeharto. Maka dalam Sidang Istimewa MPRS pada Maret 1967 Soeharto diangkat sebagai penjabat presiden. Sejak itulah Soekarno benar-benar kehilangan kekuasaannya. Soeharto kemudian dikukuhkan sebagai presiden resmi oleh MPRS pada 27 Maret 1968. Ini kemudian menandai dimulainya era yang dikenal sebagai Orde Baru. Soekarno kemudian dikenakan tahanan rumah di Wisma Yaso, bekas rumah Dewi Soekarno, sampai wafatnya pada 21 Juni 1970.

Sumber: buku Jakarta 1960-an, Kenangan Semasa Mahasiswa karya Firman Lubis

Rabu, 15 April 2020

Asmara Ratu Kidul dan Raja-raja Jawa



Ratu Kidul adalah seorang putri Raja Pajajaran. Nama aslinya Dewi Retno Suwido. Ia adalah dewi pelindung kerajaan Mataram dan istri gaib para raja. Dalam Babad Tanah Jawi Panembahan Senopati (1584 – 1613) dan Sultan Agung (1613 – 1646) dikisahkan berangkat dari Parangtritis menemui Sang Ratu di istana di bawah laut yang hanya dihuni roh halus. Mereka bersetubuh. Hubungan intim dan istimewa raja pendiri Mataram dan Sang Ratu membawa kerajaan ke puncak kejayaannya pada awal abad ke-17 pada pemerintahan Sultan Agung, cucu Senopati.

Ratu Kidul merupakan penjelmaan Dewi Uma dan Batari Durga. Sebagai Batari Durga, ia bisa menimbulkan bencana dan penghancuran besar-besaran. Sementara sebagai Dewi Uma, ia bisa membawa perlindungan dan kemakmuran. Untuk mendapatkan jaminan perlindungan dari Sang Ratu dan memperkuat pertalian gaib keraton dan istana di bawah laut, setiap tahun diadakan upacara khusus di Parangtritis yang dinamakan labuhan (lepas ke laut).

Di Yogyakarta sesajen labuhan berupa kain parang rusak awisan-Dalem dan batik pola hijau-putih gadung mlati, dengan kemben hijau (kain cangkring, sumekan gadung) warna favorit Sang Ratu. Batik ini dipakai penari di Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta dalam tarian suci Bedoyo Ketawang (Kesunanan) dan Bedoyo Semang (Kesultanan) untuk mengundang roh halus Ratu Kidul agar bersetubuh dengan Sang Raja.

Sesajen itu dilabuh ke laut kidul yang berombak tinggi dengan menggunakan rakit. Sewaktu arus bawah laut membawa sesajen itu ke laut lepas, sesajen yang lebih intim dari para raja, seperti gunting kuku dan rambut, dipendam di pasir hitam di pantai Parangtritis di atas garis air. Ketika upacara labuhan berlangsung di pantai selatan, utusan lain dari keraton bersilang dari Yogyakarta ke gunung Merapi di arah utara dan dari Surakarta ke gunung Lawu di arah timur untuk membawa sesajen ke dewa pelindung, yaitu Kyai Sapu Jagad di gunung Merapi dan Kyai Tunggul Wulung di gunung Lawu. Tujuannya agar keseimbangan kosmik bumi dan air bisa dipertahankan.

Di Surakarta tarian paling penting untuk menghormati dewi laut selatan adalah Bedoyo Ketawang, tarian klasik yang menampilkan sembilan penari, semua putri belia bangsawan atau keturunan raja. Koreografi tarian mengisahkan pertemuan Ratu Kidul dan Senopati. Sang Ratu diberi sesajen berupa pakaian dengan pola batik dan makanan khas kesukaannya. Bila tarian dilaksanakan dengan tepat yaitu penarinya bersih jasmani (tidak sedang menstruasi) dan hatinya tenang, Sang Ratu biasanya muncul dengan merasuki tubuh salah seorang penari. Sang penari yang kerasukan dibawa ke Proboyekso (kediaman pribadi raja) di mana putri belia itu disetubuhi oleh Susuhunan dalam suatu ritual yang mengingatkan rayuan asmara antara Senopati dan Ratu Kidul.

Raja bisa melihat siapa penari putri yang harus diambil, sebab ada semacam cahaya kehijau-hijauan yang menyala redup dari vaginanya, sesuatu yang mengingatkan kita pada simbol ‘gua garba yang bercahaya’ seorang Ken Dedes atau Putri Pajajaran.



Sumber: Perempuan-perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX karya Peter Carey dan Vincent Houben


Selasa, 14 April 2020

Puisi Menara


Puisi ini ditulis penyair Wing Kardjo Wangsaatmadja dalam buku Rantau dan Renungan. Kata-kata dusta menjadi bangkai, itu pesan puisi ini. Sementara Confucius mengatakan: “Orang luar biasa adalah orang yang sederhana dalam kata-kata, hebat dalam tindakan.” Sungguh menata kota tidak sederhana seperti menata kata.

MENARA



Dari puncak menara kulihat kota terbuka
kala langit mendera mega, kata-kata pahit
jadi ludah dusta, tiap makna berputar
seperti kepala ular memuntahkan bisa

Di puncak menara kulihat kota
dengan khayal, mata gila
binatang serakah
borok hidup yang parah

Dalam gemuruh suara hanya
keluh jiwa yang rapuh
sungai membelah kota
sarat bangkai kata-kata

Ke puncak menara
tidak sampai lagi Kata

Senin, 13 April 2020

Menulis Dapat Mengubah Suasana Hati


Menulis fiksi atau nonfiksi, buku atau artikel, puisi atau opini dapat mengubah suasana hati. Benar seperti yang dikatakan Joyce Carol Oates:
"Aku memaksakan diriku untuk mulai menulis ketika aku sudah sangat lelah, ketika aku merasa jiwaku setipis kartu remi,ketika tak ada sesuatu pun yang tampaknya pantas dilakukan untuk lima menit berikutnya.Dan kegiatan menulis itu ternyata dapat mengubah segalanya."

Pesan kepada Para Penulis dari Pramoedya Ananta Toer


Ini kutipan dari buku Nyanyi Sunyi Seorang Bisu karya Pramoedya Ananta Toer. Di sini kita bisa mengetahui pentingnya membaca dan memiliki data akurat untuk membuat sebuah tulisan.

“Kemudian aku bermaksud menulis sebuah roman tentang Periode Kebangkitan Nasional. Walau pekerjaan itu sudah mulai kucoba di Unit III, sekarang ini aku menjadi ragu, karena suatu waktu akan dibaca oleh orang lain, bukan olehku sendiri. Kalau mengandalkan ingatan saja bisa menjadi kedodoran. Kalau toh ditulis juga dan ternyata tidak akurat, orang akan bisa menuduh aku memalsu sejarah, dan itu memang bukan bidangku. Setiap pemalsuan sejarah akan mengakibatkan bencana sosial. Aku ingin menulis sebuah roman besar dalam hidupku. Setiap pengarang bercita-cita menghasilkan karya abadi, dibaca sepanjang abad, dan lebih baik lagi dibaca umat manusia di seluruh dunia sepanjang zaman. Jadi aku bukan keluarbiasaan di antara pengarang, nasional ataupun internasional.”

“Aku berjanji untuk menulis roman lagi pada umurku yang empat puluh tahun. Tepat pada umur tersebut aku justru masuk ke dalam tahanan, 1965. Semua bahan tulisan yang telah aku kumpulkan dengan susah payah dan mahal binasa di tangan orang-orang yang tidak mengerti. Seperti yang dikatakan Jenderal Soemitro, memang seseorang bisa mempunya pride karena dokumentasinya, tetapi dokumentasi bukan pride. Dia tulang punggung, kekuatan, pedoman kenyataan di tangan, yang dengannya suatu kerja cipta dibangun.”

Jumat, 10 April 2020

Martabak India Asli


Sudah puluhan tahun tidak ada penjual martabak yang menuliskan ‘Martabak India Asli’ pada gerobaknya, meski resep martabaknya sama. Mereka menghapus kata’India Asli’ karena takut diganyang. Mengapa takut diganyang? Ini sejarahnya:

Sekitar tahun 1960 – 1961 terjadi penyerangan orang-orang India di Jakarta. Pada waktu itu datang seorang India bernama Sondhi ke Jakarta. Ia adalah pengurus komite Asian Games, pesta olah raga se-Asia, yang akan diadakan di Jakarta pada 1962. Setelah meninjau berbagai persiapan dan pembangunan sarana untuk Asian Games, rupanya ia kurang puas. Ia melihat sarananya belum siap dan panitia kurang serius melakukan persiapan yang diperlukan. Maka Sondhi membuat pernyataan kecewanya itu di depan pers yang kemudian dimuat di berbagai surat kabar. Terjadilah demonstrasi ‘Ganyang Sondhi’ oleh berbagai kelompok pemuda revolusioner. Pada waktu itu Indonesia mulai gencar mengganyang kaum neokolonialis-imperialis (nekolim) dan mereka yang dianggap memusuhi Indonesia. 

Tanpa pikir panjang para pendemo bertindak berlebihan dan rasis. Orang-orang India di sekitar Pasar Baru yang tidak tahu-menahu persoalannya juga didemo oleh para pemuda setengah kalap. Mereka segera menutup tokonya, takut diganyang atau dijarah. Untuk sementara mereka mengurung diri di rumah masing-masing. Bahkan para tukang martabak telur juga menghapus tulisan India Asli pada gerobaknya. Sondhi segera hengkang, kembali ke India.

Sekarang tak ada lagi martabak India Asli. Yang muncul lebih dari 60 tahun kemudian adalah martabak dari Solo dengan merk Markobar, bisnis kuliner milik anak Presiden Jokowi. 

Sumber: buku Jakarta 1950-an, Kenangan Semasa Remaja karya Firman Lubis


Selasa, 07 April 2020

Dapur Babah, Resto Gaya Zaman Kolonial



Jauh sebelum abad ke-15 orang Tionghoa atau China sudah berdatangan dan menetap di Indonesia. Laksamana Cheng Ho (Zheng He) adalah tokoh utama kaum imigran Tionghoa gelombang pertama di Asia Tenggara. Beberapa generasi mereka lahir dan terbagi menjadi dua golongan: Tionghoa Totok dan Tionghoa Peranakan. 

Tionghoa Totok mempertahankan kemurnian ras dan kebudayaan nenek moyang mereka, antara lain dengan menghindari perkawinan antar etnik. Sementara Tionghoa Peranakan  adalah keturunan hasil perkawinana pria Tionghoa dan perempuan dari etnik lain di Nusantara. Mereka melahirkan kebudayaan Peranakan, campuran antara kebudayaan Tionghoa dan kebudayaan lokal. Mereka mengadopsi berbagai elemen kebudayaan Nusantara, mulai dari bahasa, kuliner, sampai busana. Kebaya Encim atau kebaya Nyonya yang penuh bordir warna-warni adalah salah satu contoh bahwa Tionghoa mengadopsi kebudayaan lokal. Resep maakan dari Tiongkok seperti bakso, mie, dan somay juga dicoba oleh masyarakat Nusantara.

Resep masakan Belanda, China, dan Nusantara tempo dulu tersedia di Dapur Babah di Jalan Veteran I, Jakarta Pusat.Yang menarik adalah suasana di dalam restoran. Dari mebel, hiasan dinding, piring dan serbet, semua bernuansa etnik Tionghoa. Bila Anda ingin makan seperti bangsawan China tempo dulu, Dapur Babah dapat menjadi pilihan.















Kekejaman Rezim Orba pada Seorang Penyair

Penyair Wiji Thukul dilenyapkan pada 1998 dan jazadnya tak ditemukan sampai kini. Ia lahir di Surakarta pada 26 Agustus 1963, menjadi aktivis yang menolak penguasa Orde Baru di bawah Presiden Suharto. “Hanya satu kata, lawan.” Itu adalah satu baris puisinya yang sangat terkenal dan menjadi jargon para demonstran menjelang runtuhnya rezim Orde Baru.
Ia menerima Wertheim Encourage Award dari pemerintah Belanda pada 1991 dan ia pernah berkeliling di Amerika membacakan puisi. Wiji Thukul mendapatkan Yap Thiam Hien Award pada 2002 yang tak bisa diterimanya sendiri, sebab tak ada yang tahu di mana ia berada apakah ia masih hidup atau sudah tiada.
Puisi-puisinya diterbitkan media massa dalam dan luar negeri. Karya-karyanya: Puisi Pelo, Darma dan Lain-lain (antologi puisi), Kicau Kepodang (1993), Thukul Pulanglah (diterbitkan pada 2000), Aku Ingin Jadi Peluru (diterbitkan pada 2000).
Meski ia sudah dihabisi, namun kata-katanya tak pernah bisa dibinasakan. Ini adalah salah satu puisi karyanya.
AKU MASIH UTUH DAN KATA-KATA BELUM BINASA
aku bukan artis pembuat berita
tapi aku memang selalu kabar buruk buat penguasa
puisiku bukan puisi
tapi kata-kata gelap
yang berkeringat dan berdesakan
mencari jalan
ia tak mati-mati
meski bola mataku diganti
ia tak mati-mati
meski bercerai dengan rumah
ditusuk-tusuk sepi
ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka
kata-kata itu selalu menagih
padaku ia selalu berkata
kau masih hidup
aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa

Pengaruh Tionghoa pada Batik Pesisiran



Kebudayaan peranakan memberikan pengaruh pada corak hias batik pesisiran. Corak hias utama berupa bangau, teratai, ikan, merak, atau naga. Semua itu simbol dalam kepercayaan Tionghoa yang berakar pada Taoisme, Kongfusianisme, dan Buddhisme. Corak hias geometris seperti banji menjadi latar batik atau isen-isen bunga kecil seperti bunga jeruk atau daun semanggi.

Ragam hias batik pesisiran lebih bebas, karena berupa simbol-simbol dari filosofi hidup seperti yang ada pada batik keraton.  Ragam hias batik pesisiran mendapat pengaruh dari berbagai pedagang yang datang dari luar Indonesia seperti pedagang dari Tiongkok dan Arab.

Batik pesisiran lebih merupakan batik niaga karena batik ini diperdagangkan untuk mendapatkan sedikit uang selama menunggu masa panen, karena pekerjaan membatik adalah pekerjaan sambilan bagi para wanitanya.

Batik pesisiran dibuat atas permintaan pembeli sehingga corak hias lebih dinamis. Pemakaiannya pun tidak terbatas pada kalangan tertentu seperti batik keraton. Batik pesisiran merupakan komoditi dagang wong cilik di pasar lokal, pasar antar kota hingga antar pulau, bahkan ke luar negeri.

Sumber: makalah Notty J. Mahdi








Senin, 06 April 2020

Cast Away


Pernah nonton film Cast Away yang dibintangi Tom Hanks? Ceritanya tentang Chuck yang terdampar di sebuah pulau selama tujuh tahun. Tak ada orang lain di pulau itu. Ia berhasil memenuhi kebutuhan fisiknya seperti mencari api, makan, dan tempat berlindung, tapi ia menghadapi tantangan yang terberat: kesepian.


Begitu hebatnya perasaan kesepian itu sehingga ia melukis wajah orang di sebuah bola dan memberinya rambut yang dibuat dari rumput. 'Temannya' ini dinamakannya Wilson dan menjadi satu-satunya teman Chuck selama di pulau itu. Chuck berbicara, tertawa, berdebat dengan Wilson -- seakan-akan bola itu adalah manusia.

Pada waktu akhirnya Chuck pergi dengan rakit ia membawa 'temannya'. Tapi Wilson terlepas dari rakit ketika Chuck tertidur. Setelah terbangun Chuck mengalami rasa sakit yang luar biasa karena 'temannya' tak ada lagi.

Dari film itu kita dapat mengamati bahwa sebagai makhluk sosial manusia memiliki kebutuhan untuk berteman, terhubung dengan orang lain. Dalam hubungan itu setiap orang butuh untuk dihargai, diperhatikan, dicintai, diberi semangat, dan sebagainya.

Katakan kepada keluarga yang menemani hidup kita setiap hari: "Aku mencintaimu, aku percaya padamu, aku bangga padamu."


Minggu, 05 April 2020

Sertifikat Read & Write Creative Writing


Teknologi modern memungkinkan kami dapat menyelenggarakan Pelatihan Penulisan Kreatif secara online. Pada sesi pertama dan ke-dua kami mengadakan pelatihan di ruangan kelas secara tatap muka. Tapi pandemi virus corona covid 19 membuat kami menyelenggarakannya secara daring untuk sesi ke-tiga. Meski sebenarnya terasa lebih akrab bila mentor dan peserta pelatihan berada di ruang kelas. Nuri Soeharto, lulusan S3 dari Prancis, bukan orang yang gaptek. Ia bisa mengajar secara virtual penulisan naskah iklan, penulisan ilmiah populer, dan penulisan poster ilmiah.
Sertifikat-sertifikat sudah disiapkan untuk diberikan kepada 12 peserta workshop pada 28 Maret 2020. Tapi acara pemberian sertifikat ditunda, sebab kami harus tetap berada di rumah untuk mencegah penularan virus. Semoga wabah virus covid 19 segera berlalu sehingga kehidupan bisa kembali normal.


Menulis Itu Asyik



Para penulis berutang budi kepada penemu listrik, Micahel Faraday, dan penemu teknologi komputer digital, John Vincent Atanasoff. Mengetik dan mengedit tulisan menjadi lebih mudah dengan komputer. Generasi muda mungkin tidak bisa membayangkan betapa repotnya memakai mesin tik manual. Kalau hanya salah tik satu huruf atau satu kalimat bisa digunakan alat koreksi berupa cairan putih merk Tipp Ex. Tapi kalau harus melakukan copy-paste, maka kalimat-kalimat harus diketik ulang. Kertas yang sudah diketik ulang itu kemudian digunting, lalu di belakangnya diolesi lem, dan ditempelkan di bagian yang diinginkan.

Begitu pula kalau penulis ingin meng-insert kalimat. Potongan kertas berisi kalimat-kalimat yang akan disisipkan dibubuhi lem, lalu ditempel di antara kalimat-kalimat yang akan disisipkan. Tentu diperlukan spasi untuk menyisipkannya. Jadi kertas harus digunting, dibuat renggang bagian atas dan bawahnya, agar ada spasi untuk menyisipkan kalimat. Repot sekali!

Saya jadi teringat biografi Soetaryo Sigit, mantan Direktur Jenderal Pertambangan Umum pada zaman Orba, yang saya tulis. Beliau adalah salah satu konseptor Kontrak Karya Pertambangan. Bisa Anda bayangkan, Kontrak Karya diketik dengan mesin tik manual pada 1960an. Harus berhati-hati mengetiknya, sebab jika ada salah tik, meski hanya satu huruf, maka isi Kontrak harus diketik ulang. Pada zaman itu juga belum ada mesin fotokopi. Syukurlah pada 1980an sudah digunakan komputer. Mengedit dan menyalin naskah menjadi jauh lebih mudah. Apalagi dengan adanya internet, mengirim naskah hanya butuh waktu beberapa detik. Bekerja dari rumah sangat terbantu oleh teknologi internet.

Pada foto ini adalah tulisan seorang peserta Pelatihan Penulisan Kreatif yang saya selenggarakan bersama Satrio Arismunandar dan Nuri Soeharto. Ia baru belajar menulis cerita. Saya mengedit tulisannya dengan program Microsoft Word. Peserta workshop bisa mengetahui bagian mana saja dari tulisannya yang sudah diedit.

Terima kasih kepada Michael Faraday, J.V. Atanasoff, dan Bill Gates.




Read & Write Creative Writing Selalu Optimis


Manusia berencana namun Allah yang menentukan. Saya, Satrio Arismunandar, dan Nuri Soeharto merencanakan Pelatihan Penulisan Kreatif sesi ke-tiga dan ke-empat yang kami selenggarakan bisa berlangsung lancar pada 21 Maret dan 28 Maret 2020. Sayangnya terjadi wabah virus Corona Covid 19 sehingga workshop yang diadakan di Jalan Pangeran Antasari 14, Jakarta, itu terpaksa kami tunda sampai kondisi aman.

Syukurlah workshop pada sesi pertama pada 7 Maret dan sesi ke-dua pada 14 Maret 2020 dapat terlaksana. Semua peserta pelatihan yang jumlahnya 12 orang bisa memahami mengapa kami memutuskan menunda sesi ke-tiga dan sesi ke-empat. Sambil menunggu pertemuan kami berikutnya, para peserta workshop diberi tugas menulis feature dan opini tentang apa saja. Jadi sambil bekerja dari rumah, mereka juga berlatih menulis.

Sebagian peserta sudah mengirimkan tulisannya kepada saya melalui email. Ternyata mereka sudah bisa menerapkan sebagian yang kami ajarkan bahwa kalimat yang tidak terlalu panjang lebih enak dibaca, upayakan tulisan memberi manfaat bagi pembaca, tulisan benar secara moral, logika, dan tata bahasa. Teguh Poeradisastra yang menjadi dosen Ilmu Komunikasi Massa juga ikut mengajar di Pelatihan Penulisan Kreatif ini. Ia banyak membahas mengenai Hypnotic Writing kepada para peserta. Semoga wabah corona cepat berakhir, masyarakat sehat, negara selamat, dan kami bisa menyelenggarakan pelatihan menulis lagi setiap bulan seperti yang kami rencanakan.