Selasa, 29 September 2015

Koleksi Perpustakaan Nasional



Ketika tentara Belanda menyerbu istana Raja Lombok dan membakarnya, ahli sastra Jawa-Belanda  J.L.A Brandes juga menyerbu ke sana. Isi perpustakaan raja berisi ratusan naskah lontar, salah satunya adalah manuskrip Negarakertagama, dibawa Brandes ke Belanda. Empu Prapanca menulis naskah-naskah itu pada sekitar  1350 – 1389. Semua manuskrip itu disimpan di perpustakaan Universitas Leiden di Belanda, diberi nomor kode L Or 5.023. 

Akhirnya naskah-naskah Negarakertagama dikembalikan Ratu Juliana pada waktu ia datang ke Indonesia pada 1974, karena lobi-lobi intensif dari Pemerintah Indonesia. Naskah itu disimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode NB 9 dan diakui UNESCO sebagai The Memory of The World. UNESCO memberi pengakuan pada dokumen-dokumen sejarah yang disimpan di berbagai perpustakaan di seluruh dunia. 

Perpustakaan Nasional menyimpan berbagai naskah kuno, diantaranya 31 lontar berisi resep ramuan obat tradisional Indonesia. Resep-resep ramuan obat  itu diwariskan para leluhur kita dalam bentuk manuskrip berbahasa Arab, Melayu, Jawa, dan Sansekerta. Ini adalah warisan nenek moyang kita yang tak ternilai harganya.

Tanah air kita sangat subur bagi ribuan jenis tanaman berkhasiat obat untuk segala penyakit. Para ahli kedokteran di luar negeri pun mengakui khasiat tanaman-tanaman obat dari Indonesia. Berbagai buku khasiat tanaman obat yang diterbitkan oleh berbagai penerbit juga disimpan di Perpustakaan Nasional. 

Suli Murwani dan saya baru selesai menulis buku ‘Ramuan Tradisional dalam Koleksi Perpustakaan Nasional’. Selain berbagai buku bertopik ramuan tradisional, Perpustakaan Nasional juga menyediakan berbagai informasi penting lainnnya. Anda dapat mendaftarkan diri sebagai anggota Perpustakaan Nasional gratis. Klik www.perpusnas.go.id


Senin, 28 September 2015

Jeans yang Selalu In



 Diciptakan pertama kali oleh Levi Strauss pada 1853, ia menjual celana jeans kepada para buruh tambang emas di Amerika yang membutuhkan celana dari bahan yang kuat, tak mudah robek. Ternyata celana Levi’s digemari bukan hanya di kalangan pekerja tambang, melainkan juga para koboi. karena tak mudah aus dan koyak tergesek pelana. Pada waktu itu Levi Strauss menggunakan bahan dari kanvas coklat. Pada 1860 ia mengganti warna jeans buatannya dengan warna biru indigo yang kemudian menjadi warna klasik.

Ketika abad berganti jeans tidak lagi menjadi busana buruh tambang. Pada 1950an jeans dikenakan orang-orang muda, terutama mahasiswa, di Eropa sebagai lambang kebebasan, petualangan, dan suatu awal baru setelah perang di Eropa usai. Trend busana ini pada awalnya mengejutkan generasi tua yang konservatif. Mereka menampiknya karena menganggap jeans kurang pantas dikenakan orang baik-baik. Namun pada 1960an jeans semakin populer di Eropa, meski harganya jauh lebih mahal dibandingkan di Amerika karena memang masih diimpor dari Amerika.

Pada 1970an  hampir semua orang muda di Eropa memiliki jeans dalam koleksi busana kasual mereka. Para desainer Eropa lalu melihat peluang emas untuk memasarkan jeans dengan berbagai model di negara mereka. Para desainer internasional seperti Calvin Klein, Versace, Armani, Donna Karan, Roccobarocco, dan sebagainya menghargai jeans setara dengan busana-busana karya mereka yang lain. 

Pada 1980an jeans semakin populer di semua kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa. Berawal dari celana panjang, bahan jeans juga merambah menjadi baju, jaket, bahkan busana wanita hamil. Dengan berbagai variasinya, jeans menjadi busana yang tak pernah ketinggalan zaman. Apalagi  bahan jeans semakin disempurnakan sehingga menjadi lebih lembut dan nyaman karena dicampur dengan katun.

Warna jeans juga mengalami evolusi, berawal dari coklat, beralih menjadi biru indigo, dan akhirnya hadir dalam berbagai pilihan warna: putih, hitam, merah, dan sebagainya. Namun sampai kini warna biru tetap yang paling digemari, karena berkesan klasik dan cocok dikombinasikan dengan busana warna apa pun.  Ada pula busana  dari bahan jeans yang dihias dengan  bordir. Ada berbagai model dan warna celana jeans yang dijual di toko dengan berbagai model kancing, ritsleting, dan kualitas bahan.   

Berikut ini adalah terminologi yang biasa digunakan untuk potongan (cutting) jeans:

1.      Regular fit adalah model jeans paling klasik. Pipa celananya dipotong lurus ke bawah. Biasanya lebarnya 40 cm pada mata kaki.

2.      Relax atau easy fit adalah model celana jeans yang mirip regular fit, namun sedikit lebih lebar pada bokong, pinggul, kaki, dan lutut, kemudian menyempit pada pergelangan kaki sehingga lebar jeans pada pergelangan kaki sekitar 38 cm. 

3.      Baggy adalah model celana jeans yang berpotongan longgar pada  bagian pinggul dan sepanjang pipa celana.

4.      Straight cut adalah celana jeans yang sepanjang pipa celana memiliki lebar yang sama sehingga pipa celana berbentuk lurus. Biasanya potongannya agak ketat dan terlihat sangat bagus pada kaki yang panjang dan ramping.

5.      Boot cut adalah celana jeans gaya cowboy yang pada bagian mata kakinya dipotong agak lebar agar sepatu boot bisa masuk di balik celana jeans itu.

6.      Flares adalah model celana jeans yang dipotong melebar mulai dari bagian bawah lutut.

Senin, 14 September 2015

Georges De Paris, Penjahit Jas Para Presiden

Georges de Paris (28 September 1934 – 13 September 2015).
Georges de Paris adalah pemilik sebuah toko jahit di dekat Gedung Putih. Ia tidak menjual merk jas terkenal, tapi ia menjadi penjahit stelan jas yang dikenakan Ronald Reagan, Bill Clinton, Bush Senior, Bush Junior, Obama, juga Koffie Annan.

Dalam video biografinya ia sempat bercanda : "Kalau Anda ingin memenangkan kursi presiden, pakailah jas buatan saya."

Ia sering diundang ke Oval Office untuk membuatkan setelan jas bagi Presiden untuk dikenakan pada acara-acara penting, seperti pidato-pidato pelantikan dan kenegaraan.

Nampak dalam foto Presiden George W. Bush sedang mencoba jas yang akan dijahit oleh Georges de Paris. Setelan jas hasil karyanya lebih sering muncul di siaran televisi daripada karya para desainer busana Eropa.

Harga setelan jas buatan De Paris minimal 2.500 dollar Amerika. “Tidak ada setelan jas yang akan terlihat bagus bila tidak dipas dengan baik,” katanya. “Jika sebuah toko tidak memiliki seorang penjahit yang ahli, carilah penjahit yang tepat.”

De Paris percaya, warna dan kombinasi yang tepat akan membantu pelanggannya untuk tampil menonjol. Warna yang paling sering dianjurkannya adalah setelan jas biru gelap polos, kemeja putih atau biru muda, dan dasi merah gelap.

Ia meninggal dalam usia 81 tahun pada tanggal 13 September 2015 karena kanker prostat.

Kredit foto : French Morning