Senin, 27 Januari 2020

Stasiun Tanjung Priok



Meski bangunan ini adalah stasiun kereta api, tapi di sini kita dapat melihat meja bartender 7 x 7 meter, dapur, kamar-kamar penginapan, dan tempat menyimpan logistik. Dulu stasiun kereta api Tanjung Priok juga digunakan sebagai tempat transit para penumpang kapal yang merapat di pelabuhan Tanjung Priok. Pada zaman dulu kapal-kapal tidak  berlayar setiap hari, sehingga mereka menginap di stasiun kereta api ini sambil menunggu jadwal keberangkatan kapal.

Begitu pula para penumpang kapal dari Eropa yang akan melanjutkan perjalanan dengan kereta api di pulau Jawa juga transit di stasiun ini. Jalur-jalur baru kereta api menuju pelosok-pelosok pulau Jawa dibuka pada separuh abad ke-19 dan ke-20.

Perdagangan di Hindia Belanda semakin meningkat. Orang-orang Eropa membawa berbagai rempah-rempah dari tanah air kita, aktivitas Pelabuhan Tanjung Priok terus meningkat. Pelabuhan Tanjung Priok menjadi andalan pemerintah Belanda karena menjadi gerbang  menuju Batavia maupun pulang ke Eropa, setelah pelabuhan Sunda Kalapa tak berfungsi maksimal karena mengalami pendangkalan pada 1859.

Pelabuhan Tanjung Priok paling ramai di Asia setelah dibuat Terusan Suez pada 1869. Bandar pelabuhan ini dibangun pada 1877 oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge yang berkuasa di Hindia Belanda pada 1875 - 1881. Penumpang kapal di pelabuhan Tanjung Priok terus bertambah setiap tahun. Untuk menampung para penumpang kapal yang transit itulah stasiun kereta api Tanjung Priok dibangun pada 1914. Orang-orang Eropa dapat istirahat di stasiun kereta api ini kemudian melanjutkan perjalanan ke negaranya dengan kapal laut di pelabuhan Tanjung Priok atau naik kereta api ke berbagai daerah di Jawa. Stasiun ini juga menghubungkan pelabuhan Tanjung Priok di utara dan Batavia Centrum di selatan untuk keperluan militer dan mengangkut hasil bumi.

Stasiun Tanjung Priok dibangun pada masa Gubernur Jendral AFW Idensburg (1909-1916). Arsiteknya bernama Ir. C.W. Koch, dari Staats Spoorwegen (perusahan kereta api Hindia Belanda). Bangunan art deco ini berdiri di atas tanah 46.930 meter persegi dengan luas bangunan 3.768 meter persegi. Stasiun ini dibuka untuk umum pada 1925 bertepatan dengan peluncuran pertama kereta listrik jalur Priok - Jatinegara.

Sampai kini bangunan yang masuk dalam cagar budaya ini masih ramai oleh aktivitas para pengguna transportasi kereta api. Sejak 21 Desember 2015 stasiun ini kembali melayani KRL Jakarta Kota -Tanjung Priok setelah berapa tahun tidak aktif. Stasiun ini setiap hari melayani enam kali perjalanan pulang pergi dari Tanjung Priok ke Jakarta Kota.


(dari berbagai sumber)

Jakarta


Jakarta

Jakarta adalah bus kota
yang berjubel penumpangnya
bergerak antara kemacetan jalan raya
dan terobosan-terobosan tak terduga

Jakarta adalah bos besar
gajinya sebulan empat miliar
adapun yang babu
tinggi sudah empat puluh ribu

Jakarta adalah rumah-rumah kumuh
yang mengusik tata keindahan gedung-gedung pencakar langit
Jakarta adalah gedung-gedung pencakar langit
yang mencakar-cakar wajah kemiskinan rumah-rumah kumuh

Jakarta adalah jalan layang
Jalan lapang orang-orang gedongan
Jakarta juga adalah gang-gang sempit dan berlubang
Jalan pulang orang-orang pinggiran

Jakarta adalah komputer
yang mengutak-atik angka nasib
dan memutar nasib angka-angka

Jakarta adalah ciliwung
sungai keringat dan mimpinya rakyat
di situ pula
mengalir air mata ibu kota

* Puisi ini karya Husni Djamaluddin yang ditulisnya pada 1990. Karyanya antara lain buku Puisi Akhir Tahun (1979), Obsesi (1970), Kau dan Aku (1973), Anu (1974), Toraja (1979), Sajak-sajak dari Makassar (1974), Bulan Luka Parah (1986), Berenang-berenang ke Tepian, dan sejumlah pusinya masuk dalam antologi Puisi ASEAN Buku III (1978)