Minggu, 11 Desember 2022

Kasunanan Surakarta dan Istana Mangkunegaran


Pakubuwono II bersama adiknya, Pangeran Mangkubumi, bersekutu dengan Belanda untuk menyingkirkan Pangeran Aryo Mangkunegoro, ayah Raden Mas Said. Setelah Pakubuwono II wafat perseteruan dilanjutkan keturunan mereka, yaitu Pakubuwono III lawan Raden Mas Said.

Belanda ikut campur dalam masalah-masalah keluarga kerajaan demi kepentingan Belanda. Pada 13 Februari 1755 dibuat Perjanjian Giyanti yang memecah wilayah kerajaan Mataram Islam menjadi dua: Pakubuwono III mendapat bagian wilayah timur dengan ibu kota Surakarta dengan sebutan Keraton Kasunanan Surakarta dan Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I mendapat wilayah barat dengan Kasultanan Ngayogyakarta.

Sementara itu Raden Mas Said terus menerus melawan Belanda dan keluarga kerajaan. Akhirnya Belanda minta bantuan Pakubuwono III agar mengajak Raden Mas Said berunding secara kekeluargaan.

Pada 24 Februari 1757 di desa Tunggon terjadi perdamaian Pakubuwono III dan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa. Perdamaian dua saudara sepupu itu mengakhiri pemberontakan RM Said melawan kerajaan Mataram Islam sejak beribukota di Kartasura sampai pindah ke Surakarta.

Setelah perdamaian itu Raden Mas Said yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro I berkuasa di Pura atau Istana Mangkunegaran. Jarak istana Mangkunegaran sekitar satu kilometer dari Keraton Kasunanan Surakarta dengan Susuhunan  (Sunan) Pakubuwono III sebagai rajanya.

Kedudukan Mangkunegaran di bawah Kasunanan Surakarta. Gelar kebangsawanan Mangkunegoro sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo menunjukkan bahwa Mangkunegoro adalah seorang pangeran (putra raja), bukan seorang raja. Begitu pula gelar Adipati menunjukkan jabatan Mangkunegoro setara adipati (bupati), bukan berkedudukan sebagai raja.

Kedudukan Mangkunegoro I di bawah Pakubuwono III. Oleh karena itu Mangkunegoro I wajib melakukan audiensi (pisowanan) kepada Pakubuwono III sebagai tanda kepatuhan. Audiensi dilakukan setiap Senin, Kamis, dan Sabtu. Beberapa ketentuan juga membatasi kewenangan Mangkunegoro I, di antaranya:

1. Tidak boleh duduk di atas dhampar, tahta kursi kebesaran.

2. Mangkunegaran tidak boleh memiliki siti hinggil, yaitu bagian depan bangunan kompleks keraton yang tanahnya lebih tinggi dari bagian lain. Tempat ini adalah ruang tunggu bagi mereka yang ingin menghadap raja.

3. Mangkunegaran tidak boleh punya alun-alun waringin kurung. Sedangkan Keraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta memiliki alun-alun (halaman) di utara dan di selatan, masing-masing ditanami sepasang pohon beringin (ringin kembar).

4. Mangkunegoro tidak berwenang untuk memutuskan hukuman mati.

 

 

Rabu, 26 Oktober 2022

Njoo Han Siang

 


31 Agustus 1930. Hari itu bendera kerajaan Belanda berkibar di Hindia Belanda. Juga dikumandangkan lagu kebangsaan Belanda, Wilhelmus, melalui radio. Hari itu Ratu Belanda, Wilhelmina, berulang tahun. Negeri Belanda di Eropa sebagai pemerintah pusat dan Hindia Belanda sebagai pemerintah daerah wajib merayakan ulang tahun Ratu.

Hari itu di kecamatan Pecinan Ketandan, di dekat Kali Code di Yogyakarta, lahir Njoo Han Siang. Ia adalah anak kelima dari keluarga pengusaha Njoo Gee Tik. Gubernur Jenderal atas nama Ratu Wilhelmina memberikan hadiah kepada bayi yang lahir bertepatan dengan ulang tahun Ratu.

Di Pecinan Ketandan orang Tionghoa dan pribumi bergaul dengan erat. Orang Tionghoa di sana menggunakan bahasa Jawa di dalam keluarga atau dalam pergaulan sehari-hari. Banyak keturunan Tionghoa yang pandai berbahasa Jawa kromo inggil.

Pada usia 28 tahun Njoo mendirikan maskapai pelayaran PT. Delta Baru dan sekaligus menjadi pengusaha ekspor-impor beras dan terigu dengan nama CV Krisna. Pada awal Orde Baru Njoo sangat dekat dengan Ali Murtopo. Ia dan Yap Swie Kie (pemilik Berkat Group) mendapat kepercayaan dari Ali Murtopo untuk menjalankan logistik Pepera di Irian Barat.  Njoo mengatur suplai barang-barang kebutuhan rakyat Irian Barat. Bisnis Njoo semakin sukses ketika mendirikan Bank Dharma Ekonomi yang kemudian menjadi Bank Duta, lalu merger dengan Bank Danamon.

Ia kemudian membeli Bank Umum Nasional yang sebagian besar sahamnya dimiliki tokoh-tokoh Partai Nasional Indonesia. Kondisi BUN dalam kondisi buruk ketika diambil alih Njoo Han Siang. Kondisi itu antara lain karena merosotnya peranan partai politik pada waktu Demokrasi Terpimpin.

Pada usia 40 tahun Njoo memiliki perusahaan agrobisnis, asuransi, properti, pelayaran, dan film. Ia memelopori kartu kredit di Indonesia dengan mendirikan Diners Club Indonesia.  Tak semua bisnis Njoo sukses.  Restoran Golden Gate di bandara Kemayoran merugi. Hampir setiap kawan Njoo yang akan berangkat dengan pesawat terbang dari Kemayoran mampir di resto itu. Mereka diperbolehkan makan gratis oleh Njoo. Disebabkan oleh berbagai faktor, resto terpaksa ditutup.

Njoo suka menulis. Sebelum menjadi pengusaha, Njoo Han Siang adalah wartawan dan fotografer Sunday Courier dan majalah Sadar. Ayahnya adalah sastrawan di Tiongkok yang kemudian menjadi pengusaha di Hindia Belanda. Njoo ikut mendirikan harian Suara Karya dan majalah Progres.  Yayasan Pendidikan Perbanas yang didirikannya berkembang pesat dan menjadi STIE Perbanas. Ia adalah tokoh perbankan nasional.  Untuk mengenang jasa-jasanya didirikan patungnya di depan kampus STIE Perbanas.  

Njoo menghidupkan majalah Perbankan yang kemudian menjadi majalah Infobank.  Ia juga mendirikan Bankers Club. Banyak pengusaha Tionghoa yang sukses karena keuletannya. Njoo ingin membantu pengusaha golongan pribumi melalui Karpenas. Tapi karena mismanajemen organisasi pengusaha nasional ini bubar.

Njoo Han Siang aktif di Baperki (Badan Pemusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia), organisasi yang mendorong pembauran Tionghoa dan pribumi. Tapi karena kemudian sebagian anggota Baperki condong ke komunis, Njoo beralih ke Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa bersama Sindhunata S.H, Drs.Junus Jahja, dan PK. Ojong (pendiri harian Kompas). Njoo adalah salah seorang pendiri Badan Komunikasi Penghayat Kesatuan Bangsa.

Ia juga mendirikan Yayasan Pendidikan Mataram di Semarang. Sekolah Mataram yang didirikannya banyak memberikan subsidi kepada para pelajar yang tidak mampu.

Ia memiliki perusahaan film dan laboratorium film berwarna Inter Studio. Ini laboratorium pertama untuk film berwarna di Indonesia. Biasanya film-film  Indonesia diproses di laboratorium di  luar negeri dan ini menghabiskan waktu beberapa bulan. Dengan adanya Inter Studio film-film bisa diproses lebih cepat. Ini mendorong industri film di Indonesia lebih produktif.

 Njoo menjadi produser untuk film November 1828, Cut Nyak Dien, Doea Tanda Mata, Bersemi di Lembah Tidar, Pacar Ketinggalan Kereta, Kembang Kertas, Di Balik Kelambu, Chicha, Ibunda, Mei Lan Aku Cinta Padamu, Rembulan dan Matahari, Usia 18, Duo Kribo, dan lain-lain.  Untuk meningkatkan kualitas akting para aktor dan aktris Njoo membuka kursus seni peran yang ditangani oleh sutradara Wahyu Sihombing. Kursus ini tidak memungut bayaran, bahkan para peserta kursus mendapat uang saku. Herman Felani, Ida Leman, Alan Nuari dan beberapa lainnya adalah lulusan kursus ini.

Njoo meninggal pada usia 55 tahun pada 30 September 1985. Film Chairil Anwar tak sempat terwujud sampai kini meski ia sangat menginginkannya.

27 Oktober 2022

 

Sabtu, 10 September 2022

Adem Ayem di Lasem


Lasem di kabupaten Rembang, Jawa Tengah, terkenal dengan batiknya yang memiliki khas warna merah darah ayam. Tapi yang membuat saya tertarik untuk mengunjungi kota itu terutama karena umat semua agama dapat beribadah dengan tenang di sana. Klenteng, masjid, vihara, gereja ada di sana. Juga terdapat banyak pesantren. Tidak ada agama minoritas dan mayoritas. Tidak ada diskriminasi etnis. Penduduk Tionghoa hidup berbaur dengan pribumi. Banyak rumah-rumah yang dibangun sejak zaman kolonial, seperti rumah-rumah di kawasan Laweyan di Solo. 

Saya menginap di Little Tiongkok Heritage Hotel di Lasem pada pertengahan Juni 2022. Tempat penginapan dengan arsitektur Tiongkok yang sangat kental. Instagramable. Menginap di Little Tiongkok memberi kesenangan tersendiri untuk berfoto. Di hotel ini ada terowongan bawah tanah yang berfungsi untuk melarikan diri dari para tentara Jepang pada zaman penjajahan. Di hotel ini juga ada galeri batik dan kafe. Di depan hotel para perempuan pengerajin bekerja membuat batik tulis. “Membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menyelesaikan sehelai kain batik,” cerita seorang pembatik di sana.

Makan di resto di hotel ini sangat enak, ada gurame asam manis, cah kangkung, sapo tahu, dan lain-lain. Setiap pagi diselenggarakan pertunjukan barongsai di mana para perempuan berhijab juga ikut di dalam arak-arakan barongsai. “Kami tidak merasakan ada perbedaan etnis Tionghoa dan pribumi. Pertunjukan barongsai kami lakukan sebagai hal yang biasa, wajar, tidak pernah terpikir ada perbedaan agama dan etnis di antara kami,” kata seorang pelatih barongsai di sana. Itulah yang paling menarik dari Lasem menurut saya.










Senin, 05 September 2022

Kontrak Karya untuk PT Freeport Indonesia

Buku memoar Soetaryo Sigit ini terbit pada Juli 2022




















Pada 1936 ahli geologi Jean Jaques Dozy dan timnya melakukan ekspedisi di Gunung Ersberg di Irian Barat (Papua) untuk mengetahui kekayaan apa saja yang ada di sana. Laporan penelitiannya yang diterbitkan Jurnal Geologi Leiden (Leidsche Geologische Mededeelingen) pada 1939 menyebutkan bahwa bumi Irian Barat mengandung sangat banyak emas dan tembaga.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Belanda tidak mengakui kedaulatan Republik Indonesia bahkan tidak mau menyerahkan Irian Barat kepada pemerintah RI. Belanda ingin Irian Barat menjadi wilayah kekuasaan mereka.  Pada 1959 Belanda melakukan ekspedisi lagi di Irian Barat.

Sementara itu Manajer Eksplorasi Freeport Sulphur, Forbes Wilson, membaca laporan Dozy dalam perjalanannya ke Eropa pada 1950-an. Ia sangat terkesan pada hasil penelitian Dozy. Pada 1960 Forbes Wilson dari Freeport Sulphur Company atas izin Pemerintah Belanda melakukan perjalanan eksplorasi ke Gunung Bijih.  Ia  mendapati Gunung Bijih mengandung endapan bijih tembaga terbesar di dunia. Wilson mendesak Dewan Direksi Freeport untuk segera menambang endapan bijih yang terkandung di dalam gunung ini.

Presiden Soekarno ingin Irian Barat menjadi bagian dari Indonesia. Untuk mengetahui lebih banyak tentang potensi alam di sana Presiden Soekarno menugaskan Soetaryo Sigit untuk memimpin Tim Ilmiah dalam Ekspedisi Cenderawasih pada Desember 1963. Pada waktu itu Sigit adalah Kepala Jawatan Geologi di Bandung. Ekspedisi ini baru pertama kali dilakukan oleh bangsa Indonesia, sebelumnya hanya bangsa asing yang melakukan ekspedisi untuk meneliti kekayaan di berbagai wilayah Indonesia.

Ada dua Tim yang dikirim Presiden Soekarno ke Irian Barat,  yaitu Tim Pendaki yang bertugas menancapkan bendera merah putih di Puncak Sukarno dan Tim Ilmiah yang bertugas meneliti potensi alam meliputi geologi, botani, zoologi, geografi, dan meteorologi.Dengan perjuangan yang sangat  berat di lapangan akhirnya ekpedisi ini berhasil mencapai tujuan. Sigit dianugerahi kenaikan pangkat istimewa dari Menteri Perindustrian Dasar dan Pertambangan Chairul Saleh dan Bintang Jasa RI kelas II dari Presiden Soekarno.

Dari kerja keras Tim Ekspedisi Cenderawasih dapat diketahui kekayaan bumi Irian Barat. Pada 1966 Presiden Soekarno digantikan oleh Soeharto. Pada 1966 Presiden Soekarno digantikan oleh Soeharto. Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi dan politik yang parah pada waktu itu. Untuk mengatasi kebangkrutan ekonomi, usaha  pertambangan menjadi hal yang perlu segera dilaksanakan. Pada 1960-an Indonesia belum memiliki tenaga ahli, modal, peralatan dan teknologi pertambangan yang memadai untuk mengambil kekayaan di perut buminya. Masih diperlukan pihak asing untuk melaksanakannya.

Delegasi Freeport dari Amerika tiba di Jakarta untuk mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah RI mengenai kemungkinan pemanfaatan Gunung Bijih. Sigit selaku Ketua Panitia Teknis Penanaman Modal Asing atau disebut juga PTPKLN (Panitia Teknis Perundingan Kerjasama Luar Negeri) Departemen Pertambangan (1966-1973) bersama timnya merundingkan kontrak PT Freeport.

Setelah melalui serangkaian perundingan antara Pemerintah Indonesia yang diwakili Departemen Pertambangan, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Bank Indonesia, dan departemen lainnya terkait dengan PT Freeport, akhirnya pada 7 April 1967 Kontrak Karya ditandatangani. Ini merupakan Kontrak Karya Pertambangan yang pertama.

Kontrak Karya Generasi Pertama

Setelah melalui serangkaian perundingan antara Pemerintah Indonesia yang diwakili Departemen Pertambangan, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Bank Indonesia, dan departemen lainnya terkait dengan Freeport, akhirnya pada 7 April 1967 Kontrak Karya ditandatangani. Juru runding yang mewakili Departemen Pertambangan adalah Soetaryo Sigit, Chris Situmorang, Soetjipto, M.L. Manu, Ridwan Machmud, dan Sutojo.

Kontrak Karya Pertambangan dengan Freeport Sulphur Company (FSC) ditandatangani hanya sekitar tiga bulan setelah terbitnya UU No.1/1967 tentang Penanaman Modal Asing, tetapi lebih cepat tujuh bulan sebelum terbitnya UU No.11/1967 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan.

Kontrak Karya untuk Freeport disebut Kontrak Karya Generasi Pertama. Tetapi kemudian pada isi Kontrak Karya berikutnya dibuat berbagai perubahan yang lebih menguntungkan Indonesia. Kontrak Karya berikutnya disebut Kontrak Karya Generasi kedua. Setiap ada perubahan Kontrak Karya maka Kontrak Karya tersebut dinamakan Kontrak Karya Generasi ketiga, keempat, dan seterusnya.

Pada 1967 itu tim dari Indonesia akan mengutarakan prospek investasi di Indonesia di forum internasional di Jenewa. Kontrak Karya dengan Freeport menjadi penting, karena akan menjadi etalase prospek pertambangan Indonesia dalam forum Jenewa. Contoh Kontrak Freeport itu kemudian dibawa Sigit yang bertugas mengutarakan prospek pertambangan Indonesia di forum itu.

Pada 1972, sesudah selesai semua persiapan di lapangan, kegiatan eksplorasi dimulai. Pada 3 Maret 1973 Presiden Soeharto meresmikan tambang tembaga sekaligus proyek PMA pertama di pemerintahan Orde Baru. Pada saat itu kota pemukiman yang dibangun Freeport untuk para pekerjanya dinamakan Tembagapura dan nama Irian Barat diganti menjadi Jayapura.

Banyak Pertanyaan dari Masyarakat

Beroperasinya Freeport di Indonesia menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Sigit sebagai konseptor Kontrak Karya menjelaskan proses Kontrak Karya Pertambangan (KKP) dengan perusahaan yang semula bernama Freeport Sulphur Company (FSC) kepada berbagai kalangan. FSC kemudian menjadi PT Freeport Indonesia Incoporated (FII), dan selanjutnya disebut PT Freeport Indonesia (PTFI) anak perusahaan Freeport McMoran Copper and Gold di Amerika Serikat.

Mengenai FSC masuk ke Indonesia tanpa melalui tender, Sigit menjelaskan bahwa sebenarnya perusahaan ini telah melakukan penyelidikan di Ertsberg, Irian Barat (kini Papua) pada 1960 berdasarkan izin eksplorasi dari pemerintahan Belanda. Pada waktu itu Irian Barat masih berada di bawah pemerintahan Belanda.

Pada 1963, melalui persetujuan yang dibidani Perwakilan Bangsa Bangsa, perwalian atas Irian Barat beralih dari Belanda ke Republik Indonesia. Sesuai persetujuan itu, Indonesia wajib menghormati konsesi pertambangan yang telah diberikan oleh pemerintahan Belanda sebelum 1963. Setelah terjadi perubahan politik di Indonesia pada 1966, pimpinan FSC mulai menjajagi kemungkinan melakukan investasi di Indonesia yang kemudian dilanjutkan dengan perundingan KKP (Kontrak Karya Pertambangan)


Rumusan ketentuan perpajakan diubah pada 1974. Pemberian tax holiday kepada FSC ditiadakan. Selanjutnya perusahaan ini membayar pajak perseroan, disamping iuran tetap (deadrent) dan iuran produksi (royalty) untuk tembaga, emas, dan perak yang dihasilkannya. KKP FSC yang dibuat sebelum terbitnya UU No. 11/1967 ini dalam kalangan pertambangan Indonesia selanjutnya dikenal sebagai Kontrak Karya Pertambangan Generasi Pertama, dan merupakan satu-satunya kontrak untuk generasi itu.

Mengenai mengapa FSC diizinkan mengambil emas dan perak dari penambangannya, Sigit menyatakan bahwa ada kekeliruan dalam penerimaan masyarakat. Kalangan luas berpendapat bahwa menurut KKP-nya, FSC hanya diizinkan menambang tembaga, tidak dibenarkan untuk juga mengambil emas dan peraknya. Hal ini sejak lama dijadikan isu untuk memojokkan FSC. Tidak sedikit pemberitaan mengenai perusahaan ini yang mengatakan, tanpa setahu pemerintah selama ini Freeport mencuri emas dan perak dari tambangnya.

Menurut Sigit, pemberitaan itu jelas keliru. Sejak perundingan KKP-nya, pemerintah telah menyetujui bahwa FSC akan menambang bijih atau pun mineral. Sejak FSC mulai berproduksi, pemerintah selalu mendapat laporan dari perusahaan tersebut berapa besar kadar tembaga, perak, dan emas dalam konsentrat bijih yang diekspornya dari Irian Jaya itu.

Hadirnya usaha pertambangan di suatu daerah menambah pendapatan negara di Pemerintah Pusat maupun daerah dari pemasukan berbagai jenis pajak, retribusi, royalti, dan sebagainya. Bagi masyarakat sekitar, kehadiran perusahaan tambang membuka kesempatan kerja dan berbagai kegiatan baru yang bermanfaat. Daerah yang semula terpencil dan terbelakang menjadi terbuka dan maju dengan dibangunnya infrastruktur dan fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, pasar, tempat ibadah, dan fasilitas lain, oleh perusahaan tambang.

Semua perusahaan yang memiliki Kontrak Karya Pertambangan yang beroperasi di Indonesia diwajibkan membayar kepada pemerintah, antara lain iuran tetap untuk wilayah Kontrak Karya atau wilayah pertambangan, membayar royalti, dividen, pajak penghasilan badan, pajak penghasilan lainnya, pajak pertambahan nilai, dan berbagai pungutan pajak. Perusahaan pertambangan dapat meningkatkan devisa negara, membangun sarana dan prasarana, peluang kerja bagi karyawan perusahaan, kontraktor dan pemasoknya, peluang-peluang usaha bagi perusahaan lokal di dalam berbagai industri, pembangunan daerah, dan lain-lain.

Soetaryo Sigit dalam buku Pioneers and Milestones of Indonesian Geology karya J.T.van Gorsel

 


 

 

 

 

 

Sabtu, 30 Juli 2022

Mengunjungi Museum R.A.Kartini


Di museum R.A.Kartini di dekat alun-alun kota Rembang saya melihat berbagai benda peninggalan R.A.Kartini semasa hidupnya. Ada tempat tidur, meja kerja, mesin jahit, koleksi buku, kebaya, dan terutama tulisan-tulisan yang mengutip isi surat-suratnya kepada para sahabat penanya.

R.A.Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879. Pada waktu ia berumur dua tahun ayahnya, Raden Mas Sosrodiningrat, diangkat menjadi Bupati Jepara. R.A. Kartini adalah anak kelima dari sebelas bersaudara yang terdiri atas enam perempuan dan lima lelaki. Meski ia terlahir dari keluarga ningrat, ia tidak membanggakan keningratannya. “Bagiku hanya ada dua keningratan, yaitu keningratan berpikir dan keningratan budi yang dimiliki mereka yang berjiwa luhur,” tulisnya.  Dua adiknya yaitu Rukmini dan Kardinah juga mengikuti jejaknya mengabdi pada kemajuan wanita dan bangsanya.

R.A.Kartini ingin agar putri-putri bangsawan dibina menjadi wanita yang pandai dan berakhlak. Mereka diharapkan dapat menyebarkan kebudayaan kepada rakyatnya. Anak-anak mereka pun akan tumbuh  menjadi wanita yang berbudi luhur ataupun menjadi pria yang kelak sebagai pejabat yang cinta kepada rakyatnya. Kaum bangsawan harus menjadi contoh yang baik untuk rakyat. Keningratan membawa kewajiban.


Kartini sedih ketika melihat keluarga miskin yang memiliki banyak anak dan kewalahan mendidik anak-anaknya. Menurutnya, kalau kita tidak sanggup menjamin penghidupannya maka janganlah kita melahirkannya. Untuk itulah Kartini ingin menjadi seorang guru. Ia ingin menuntun generasi muda dan membentuk watak mereka agar menjadi wanita yang mandiri.

Sesuai dengan adat kebangsawanan pada waktu itu, putri ningrat harus dipingit. Setelah lulus dari Hollandsch School setara dengan Sekolah Dasar, Kartini dipingit di dalam lingkungan Kabupaten. Pada masa pingitan ia banyak membaca buku mengenai emansipasi, revolusi Prancis, sastra, dan semua bacaan yang mengantarkannya kepada pengertian tentang masalah sosial dan politik.  Ia sangat terkesan dengan sejarah revolusi Prancis yang melahirkan semboyan kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan. Semboyan yang kemudian menjadi motto hidupnya. Kakaknya, Raden Mas Sosrokartono, menyediakan bahan-bahan bacaan untuk Kartini. Buku-buku itu merupakan jendela bagi Kartini untuk melihat dunia luar.

Semua pikirannya ia tuangkan ke dalam surat-surat kepada orang asing yang dikenalnya lewat ayahnya. Korespondensi Kartini dengan sejumlah tokoh Belanda berawal dari perkenalannya dengan Marie Ovink-Soer, istri Asisten Residen Jepara. Ovink, mulai bertugas di sana menjelang Kartini dipingit. Marie Ovink dikenal sebagai pengarang novel remaja Belanda yang produktif. Ia juga termasuk tokoh feminis pada masa feminisme tumbuh pesat di Belanda.

Kartini juga berkorespondensi dengan Estelle Zeehandelaar atau dikenal sebagai Stella Zeehandelaar, aktivis feminis yang lima tahun lebih tua daripada Kartini. Perkenalan Kartini dengan Stella dan Marie Ovink membuka jalur perkenalannya—lewat pertemuan dan surat—dengan tokoh feminis dan pendukung Politik Etis lain, seperti Abendanon dan istrinya, Rosa Manuela Abendanon-Mandri.  Kartini  juga menjalin pertemanan dengan beberapa orang di Belanda melalui surat,  di antaranya Ir. H.H. van Kol dan istrinya serta Nyonya MCE Ovink.

Pada usia 24 tahun, tepatrnya pada akhir 1903, R.A.Kartini menikah dengan Kanjeng Raden Mas Adipati Ario Singgih Djojoadiningrat, Bupati Rembang yang mendukung cita-citanya. Setahun kemudian ia melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Mas Soesalit. Empat hari setelah melahirkan Kartini meninggal pada 17 September 1904. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman keluarga bupati Rembang di desa Bulu, dua puluh kilometer dari selatan kota Rembang.

Surat-suratnya dihimpun Abendanon dan diterbitkan menjadi buku Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). 

Dari berbagai sumber.

Rembang, 17 Juni 2022

 




Kamis, 31 Maret 2022

Pergerakan Indonesia untuk Semua


Beramai-ramai orang membaca Alquran di sepanjang Jalan Malioboro di Yogyakarta.  Juga beramai-ramai umat Islam menolak  ibadah gereja HKBP di ruko Maris Square di Bandung. Mereka menyebut ibadah nonmuslim ini ilegal. Peristiwa di Yogyakarta dan di Bandung itu terjadi pada minggu terakhir Maret 2022. Ada apa dengan negeri ini? Mengapa tidak membaca Alquran secara berjamaah di masjid atau di rumah?


Beberapa bulan sebelumnya saya melihat video yang menayangkan seorang perempuan yang salat di tengah jalan raya. Ada pula video yang menayangkan seorang pria salat di tengah jalan ramai. Padahal ada masjid di dekat situ. Kedua video itu viral di media sosial.

 Yakin bahwa ibadah di tengah jalan itu dilakukan dengan khusuk, dilakukan hanya untuk mencari ridho Allah dan bukan untuk riya? Yakin salat di jalan raya itu tidak mengganggu orang lain? 

Mengapa kegiatan ibadah nonmuslim ditolak oleh muslim? Ke mana toleransi beragama di negeri kita? Bukankah agamamu bagimu dan agamaku bagiku. Kenapa mengganggu ibadah agama lain? Juga kenapa melakukan ibadah dengan mengganggu orang lain? Bukankah tujuan ibadah seharusnya mencari ridho Allah?

Saya sependapat dengan Ade Armando bahwa kita harus menghargai umat agama lain jika ingin agama kita dihargai umat agama lain. Itu sebabnya saya mendukung ketika Ade Armando meluncurkan Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS). Acara peluncuran PIS  diadakan di Jakarta Theater  pada 23 Maret 2022. Saya datang ke sana dan bertemu dengan para public figure yang prihatin melihat toleransi terus menerus digerus umat yang merasa paling hebat beragama. Musisi Addie MS, pianis Ananda Sukarlan, drummer Ekki Sukarno, mantan peragawati Soraya Haque, penulis Eko Kuntadhi, jurnalis Satrio Arismunandar, motivator Arvan Pradiansyah, dosen Prof. Harkristuti Harkrisnomo, dan lain-lain hadir di acara PIS.

NKRI terdiri atas berbagai agama dan berbagai suku dengan budayanya yang unik. Keragaman agama, bahasa, adat istiadat, kuliner, dan busana tradisional adalah kekayaan bangsa kita. Busana adat  di Keraton Solo berbeda dengan busana adat di Keraton Yogyakarta padahal sama-sama di Jawa Tengah. Di pulau Jawa terdapat berbagai bahasa daerah. Di luar pulau Jawa juga terdapat ratusan suku dengan bahasa, busana, dan kuliner tradisional yang berbeda. Juga beraneka adat istiadatnya. Bukankah semua itu karunia Allah bagi bangsa kita? Allah menciptakan manusia dalam berbagai suku agar manusia saling mengenal.  Saling mengenal berarti saling menghargai. Nah, nikmat Allah mana lagi yang engkau dustakan. Mari kita rayakan perbedaan.