Rabu, 27 Januari 2016

Selalu Optimis



Don Bennett adalah pengusaha sukses. Pada suatu hari ia mengalami kecelakaan kapal yang mengakibatkan kaki kanannya diamputasi dan kaki kirinya terkoyak-koyak. “Kenapa harus saya? Kenapa harus saya yang mengalami ini? Saya pemain tenis, pemain ski, saya punya banyak hal yang menyenangkan dalam hidup. Saya punya bisnis yang bagus. Tapi kemudian kenapa tiba-tiba harus masuk rumah sakit hanya dengan satu kaki? “ Itu pertanyaan Bennett berulang-ulang kepada dirinya. “Yang pertama kali terpikirkan adalah saya tidak akan pernah bisa main ski lagi, saya tidak akan bisa lari lagi. Awalnya pikiran-pikiran negatif berkecamuk di kepala saya.”

Sepulang dari rumah sakit, Bennett datang ke tempat pembuatan kaki palsu. Ia melihat seorang pemuda di atas kursi roda yang kehilangan kedua kakinya.“Ya, Allah. Saya malu kepada diri sendiri. Pemuda itu tak memiliki kaki, sedangkan saya masih memiliki kaki. Saya sangat beruntung. Sejak itu saya tak pernah lagi mengasihani diri sendiri. Jadi perasaan sedih tidak berlarut-larut.”

Pada suatu hari puteranya berkali-kali memasukkan bola ke basket di garasi rumahnya, tapi bola selalu memantul di papan, tak pernah masuk ke basket. Bennett kemudian tertarik untuk mencoba memasukkan bola itu ke keranjang tapi bola jatuh ke dekat kakinya. Ia mengambil bola dengan kaki lalu tangannya memegang bola itu. Dari kejadian itu, ia berpikir kenapa ia tidak mencoba bermain sepak bola? Masih ada satu kaki yang bisa dipakai untuk menendang bola. 

Bennett  kemudian menelepon teman-temannya yang juga berkaki satu untuk membentuk tim sepak bola. Mereka rutin berlatih tapi tim mereka tak punya lawan tanding.  Kemudian mereka membentuk tim lain. Ternyata jumlah tim terus bertambah. Banyak orang di dunia yang kakinya terpaksa diamputasi. Bennett membentuk klub sepak bola khusus untuk mereka sekaligus menjadi pelatih. Penghargaan Don Bennett Golden Foot Award diberikan kepada tim yang menjadi juara. Sekarang sudah lebih dari 20 negara yang memiliki tim sepak bola dengan para pemain berkaki tunggal.

Bennett kemudian mulai belajar main ski lagi padahal sebelum kecelakaan ia sangat gesit main ski. Ketika mulai belajar main ski dengan satu kaki, ia berkali-kali jatuh. Ia jatuh, bangkit lagi. Jatuh, bangkit lagi. Begitu seterusnya. Semakin lama ia semakin mahir bermain ski dengan kaki satu, bahkan mendapat medali emas untuk kejuaraan nasional ski. Ia kemudian menjadi pelatih olahraga ski, selain menjadi pelatih sepakbola.

Mendaki gunung juga dianggapnya sebagai tantangan. Ia gagal mendaki gunung itu, tapi tak menyerah. Pada tahun berikutnya ia mencoba mendaki lagi. Ia sukses. Hanya dengan satu kaki dan dua tongkat penopang Don Bennett berhasil mencapai puncak gunung Rainier setinggi 4.392 meter di Amerika. 

Pada usia 80 tahun Bennett masih aktif berenang dan menjadi motivator bagi para veteran di Afganistan dan Irak yang kehilangan kaki di medan perang. “Saya bisa memahami perasaan para pemuda itu. Mereka akan memiliki perasaan yang sama: Mengapa harus saya? Saya tidak akan bisa lagi melakukan banyak hal. Mereka melihat bagian yang hilang, bukan bagian yang masih ada di tubuh. Saya melatih mereka bermain sepak bola agar kepercayaan dirinya kembali terbangun. Senang melihat mereka punya semangat hidup lagi. Jadilah orang yang optimis. Anda dapat melakukan apa pun yang Anda inginkan.”

Jumat, 15 Januari 2016

Menularkan Energi Positif



Serangan teroris pada 11 September 2011 di Amerika menjadi pukulan berat bagi American Express, perusahaan jasa keuangan, biro perjalanan, dan asuransi. Banyak perusahaan di Amerika memotong anggaran dan kegiatan perjalanan juga sangat berkurang. Para karyawan American Express menganggap peristiwa 11 September itu sebagai malapetaka. Mereka kehilangan semangat bekerja, perasaan pesimistis melanda seluruh karyawan.

Kenneth Chenault  baru sembilan bulan diangkat menjadi CEO di perusahaan itu ketika serangan teroris terjadi. Tapi ia melihat musibah itu dari sudut pandang yang berbeda. Ia melihat masih ada peluang dari tantangan yang berat.  Ia menghadapi kelesuan bisnis dengan optimistis. “Harapkan yang terbaik, tapi bersiaplah untuk yang terburuk.” Itu pesan yang sering disampaikannya dalam rapat dengan para karyawan. Dengan tekad ingin menularkan sikap optimistisme kepada mereka, ia  tidak menunjukkan kecemasan dan selalu penuh semangat bekerja. Dalam waktu singkat semangat dan optimisme Chenault menular kepada seluruh karyawan di perusahaan itu. 

Kurang dari setahun kemudian American Express bangkit kembali dan menunjukkan banyak pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan itu berlangsung  sampai beberapa tahun. Chenault merespon keadaan yang sangat menantang itu dengan keteguhan mental. Dengan cara berpikir yang positif, ia mengeluarkan energi positif: semangat, optimististik, bekerja sunguh-sungguh, dan pantang menyerah. 

Chenault tahu bahwa kemarahan, kebahagiaan, kesedihan, kepanikan, kebaikan, dan kejahatan adalah energi-energi yang dapat menular kepada orang lain. Ia memilih untuk menularkan energi-energi positifnya dan tidak mau tertular oleh energi-energi negatif.

https://www.london.edu/faculty-and-research/lbsr/an-interview-with-kenneth-chenault-ceo-at-american-express#.VpeGR09TG1s

Minggu, 10 Januari 2016

Victory, Not Victim



Trisha Meili sukses pada usia 28 tahun. Ia berhasil meraih sekaligus dua gelar pasca sarjana dari Universitas Yale, menjadi bankir investasi, dan mengincar jabatan wakil presiden di Salomon Brothers. Selama 14 tahun ia rutin jogging di Central Park, New York. Ia dikenal sebagai The Central Park Jogger

Di tengah menikmati kesuksesannya tiba-tiba hidupnya berubah drastis selamanya. Ia diserang dengan brutal oleh seseorang di Central Park pada April 1989. Ia diperkosa, dipukuli, dan ditinggal dalam keadaan sekarat oleh si penjahat. Para dokter dan semua orang yang menengoknya tak pernah mengira bahwa ternyata ia belum tewas. Ia koma 12 hari dan kehilangan kemampuannya untuk berjalan, bicara, mengenal benda yang sederhana, dan menyebut waktu. Tubuhnya hancur, otaknya rusak parah. Namun semangat hidupnya tetap utuh. Ia tak pernah menyerah. Ia bersyukur bahwa ia menjadi orang yang selamat, bukan korban.

Ia disiplin menjalani program rehabilitasi yang ketat dan berat  tanpa depresi. Ia memilih untuk memberikan respon positif terhadap segala rintangan yang dihadapinya. Sebelum program rehabilitasi selesai, ia sudah bekerja di Salomon Brothers. Ia memperoleh jabatan sebagai wakil presiden seperti yang diinginkannya. Langkah-langkah kecil pertama yang ia lakukan dalam program rehabilitasi itu menjadi besar. Pada 1995 wanita yang dianggap tidak mungkin bisa hidup lagi itu ternyata mampu berjalan kembali, bahkan ikut lomba maraton New York City. 

Ia kemudian meninggalkan pekerjaannya dan menulis buku tentang harapan dan kegigihannya yang membuatnya sembuh. Bukunya yang berjudul I Am The Central Park Jogger: A Story of Hope and Possibility berisi kisah yang sangat mengagumkan dan menjadi best seller. Ia hanya sedikit menulis tentang penyerangan si penjahat, lebih banyak menulis tentang cara ia bangkit kembali. Selama proses penyembuhan, ia mendapat banyak dukungan dan cinta dari keluarganya, teman-temannya, para perawatnya, asistennya, dan orang-orang yang tak dikenalnya.

Trisha menjadi motivator yang inspiratif di berbagai kampus. Para pendengarnya suka dengan energi positifnya, kecerdasannya, dan keyakinannya pada kekuatan jiwa. Ia memberi inspirasi bahwa selalu ada harapan dan kemungkinan selama kita tak putus asa, seberat apapun masalah yang kita hadapi.

Sisyphus

Sisyphus adalah seorang raja dalam mitologi Yunani yang menghina para dewa. Ia dihukum, harus mendorong bongkahan batu besar menaiki bukit di Hades (akhirat dalam mitologi Yunani). Setelah dengan susah payah ia berhasil mendorong batu besar sampai ke puncak bukit, kemudian ia harus mendorong batu itu lagi turun ke kaki bukit. Pekerjaan itu harus dilakukannya berulang-ulang: mendorong batu ke atas, mendorong batu ke bawah.

Neraka pekerjaan seperti dalam mitos itu juga dialami para karyawan di perusahaan. Tugas tanpa makna, tanpa akhir. Untuk menghindari 'neraka' itu para karyawan perlu memberi makna dalam pekerjaannya. Bila bekerja dimaknai sebagai sebuah ibadah, maka cara dan tujuan bekerja menjadi penting. Meski pimpinan tidak bisa mengubah tugas yang ada, para karyawan bisa mengubah sikapnya terhadap pekerjaan agar menjadi lebih bernilai. 

"Anda adalah apa yang Anda pandang dari diri Anda." Begitu yang sering kita dengar. Lalu nilai-nilai apa yang bisa membuat kerja Anda lebih bermakna: kejujuran? bekerja sebaik mungkin? tidak menginjak orang lain untuk dapat naik ke tingkat atas? bisa bermanfaat bagi banyak orang?

Jumat, 08 Januari 2016

Di Balik Celana



Hanya tokoh Superman yang mengenakan celana dalam di luar celana panjangnya. Juga hanya Winston Churchill yang suka mengenakan celana dalam sutera pink muda. Entah mengapa negarawan ini suka warna pink muda.

Celana dalam pria mulai diproduksi secara massal pada 1930an. Nikos, desainer Prancis keturunan Yunani yang dikenal sebagai desainer pakaian dalam, membuat koleksi pakaian dalam yang beraneka. Karyanya antara lain berupa pakaian dalam bergaya celana renang pria 1930an. Modelnya unik di mana celana dan kaus dalam menyatu sehingga bisa dimanfaatkan sekaligus sebagai pakaian dan kaus dalam. Selain itu, Nikos juga menawarkan berbagai pilihan motif dan warna untuk brief (celana dalam ketat dengan lubang kaki tepat di pangkal paha). Desainer internasional lainnya, seperti Armani dan Calvin Klein, mendesain brief dengan elastik pinggang yang ekstra lebar. Pakaian dalam pria menjadi lebih gaya, namun mengenakannya tetap di balik celana panjang.


Celana model brief terlihat lebih seksi karena ketat di tubuh. Sementara model boxer lebih longgar, lubang kaki berada di bawah pangkal paha, dan ban pinggang sedikit turun ke pinggul. Istilah boxer pada pakaian dalam berasal dari celana pendek longgar berkaret di pinggang yang biasa digunakan para petinju.
Celana model boxer ini pada awalnya dipopulerkan petinju kelas berat bernama Jim Corbett dan  Bob Fitzsimmons. Mereka tak suka memakai celana tinju yang ketat, sebab lebih nyaman untuk bergerak bila mengenakan celana longgar. Model celana ini kemudian digemari dan motifnya menjadi beraneka ragam. Bahkan pada 1980an para pria berani mengenakan celana boxer sebagai celana pendek (shorts) maupun sebagai busana pantai. Celana boxer sangat populer pada 1980an dengan motif bermacam-macam: garis-garis, kotak-kotak, polos, dan sebagainya. Warna dan bahannya juga bervariasi.

Selain brief dan boxer ada pula celana dalam model jockey brief. Celana ini mirip shorts namun ban pinggangnya sangat lebar. Ban pinggang pada jockey brief tidak dibuat dari karet melainkan dari bahan yang sama dengan bahan celananya. Ada beberapa kancing pada ban pinggangnya untuk membuka dan menutup celana. Model ini diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan celana merk Jockey pada 1934.
Ada pula pakaian dalam yang disebut long john. Celana yang panjangnya semata kaki ini tidak praktis dan biasanya hanya dikenakan pada cuaca dingin. 

Celana dalam langsung bersinggungan dengan bagian tubuh yang paling sensitif, sehingga perlu berhati-hati memilih bahannya. Menurut penelitian, jumlah dan gerakan sperma dapat berkurang bila pria mengenakan celana dalam yang terlalu ketat. Pria tidak dianjurkan mengenakan celana dalam yang sangat ketat dengan bahan yang tak menyerap keringat, terutama selama berolahraga atau banyak beraktivitas. Bila Anda gemar mengenakan celana dalam model brief yang ketat, pastikan yang dibuat dari 100% katun karena lebih nyaman dan menyerap keringat.

Celana boxer lebih longgar dari celana brief sehingga tidak masalah bila bahannya tak terlalu menyerap keringat. Pilihan bahan dan motif celana boxer memang lebih beragam, bahkan ada yang dibuat dari sutera, lycra atau bahan-bahan lain yang tak menyerap keringat. Walaupun gaya celana dalam yang ditawarkan semakin banyak, utamakan selalu segi kenyamanan dan kesehatannya.