Kamis, 31 Maret 2022

Pergerakan Indonesia untuk Semua


Beramai-ramai orang membaca Alquran di sepanjang Jalan Malioboro di Yogyakarta.  Juga beramai-ramai umat Islam menolak  ibadah gereja HKBP di ruko Maris Square di Bandung. Mereka menyebut ibadah nonmuslim ini ilegal. Peristiwa di Yogyakarta dan di Bandung itu terjadi pada minggu terakhir Maret 2022. Ada apa dengan negeri ini? Mengapa tidak membaca Alquran secara berjamaah di masjid atau di rumah?


Beberapa bulan sebelumnya saya melihat video yang menayangkan seorang perempuan yang salat di tengah jalan raya. Ada pula video yang menayangkan seorang pria salat di tengah jalan ramai. Padahal ada masjid di dekat situ. Kedua video itu viral di media sosial.

 Yakin bahwa ibadah di tengah jalan itu dilakukan dengan khusuk, dilakukan hanya untuk mencari ridho Allah dan bukan untuk riya? Yakin salat di jalan raya itu tidak mengganggu orang lain? 

Mengapa kegiatan ibadah nonmuslim ditolak oleh muslim? Ke mana toleransi beragama di negeri kita? Bukankah agamamu bagimu dan agamaku bagiku. Kenapa mengganggu ibadah agama lain? Juga kenapa melakukan ibadah dengan mengganggu orang lain? Bukankah tujuan ibadah seharusnya mencari ridho Allah?

Saya sependapat dengan Ade Armando bahwa kita harus menghargai umat agama lain jika ingin agama kita dihargai umat agama lain. Itu sebabnya saya mendukung ketika Ade Armando meluncurkan Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS). Acara peluncuran PIS  diadakan di Jakarta Theater  pada 23 Maret 2022. Saya datang ke sana dan bertemu dengan para public figure yang prihatin melihat toleransi terus menerus digerus umat yang merasa paling hebat beragama. Musisi Addie MS, pianis Ananda Sukarlan, drummer Ekki Sukarno, mantan peragawati Soraya Haque, penulis Eko Kuntadhi, jurnalis Satrio Arismunandar, motivator Arvan Pradiansyah, dosen Prof. Harkristuti Harkrisnomo, dan lain-lain hadir di acara PIS.

NKRI terdiri atas berbagai agama dan berbagai suku dengan budayanya yang unik. Keragaman agama, bahasa, adat istiadat, kuliner, dan busana tradisional adalah kekayaan bangsa kita. Busana adat  di Keraton Solo berbeda dengan busana adat di Keraton Yogyakarta padahal sama-sama di Jawa Tengah. Di pulau Jawa terdapat berbagai bahasa daerah. Di luar pulau Jawa juga terdapat ratusan suku dengan bahasa, busana, dan kuliner tradisional yang berbeda. Juga beraneka adat istiadatnya. Bukankah semua itu karunia Allah bagi bangsa kita? Allah menciptakan manusia dalam berbagai suku agar manusia saling mengenal.  Saling mengenal berarti saling menghargai. Nah, nikmat Allah mana lagi yang engkau dustakan. Mari kita rayakan perbedaan.