Minggu, 19 November 2017

Persahabatan Soekarno dan Hatta


Dwi tunggal Soekarno dan Hatta akhirnya berpisah secara baik-baik karena perbedaan pandangan politik. Muhammad Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden pada 1 Desember 1956. Perpisahan yang disesali banyak pihak karena keduanya masih dibutuhkan bangsa Indonesia. Tapi perbedaan pandangan politik tak membuat persahabatan berakhir. Mereka tak sejalan hanya dalam politik, tapi silaturahmi tetap dipertahankan. 

Pada waktu Guntur Sukarnoputra akan menikah dengan Henny Harsa pada Februari 1970, Sukarno sangat ingin menghadiri pernikahan putera sulungnya.Tapi Soekarno sedang ditahan pemerintahan Soeharto di Wisma Yaso dalam keadaan sakit. Sebulan sebelum akad nikah berlangsung Soekarno melalui istrinya, Fatmawati, meminta kepada Kodam V Jaya agar dizinkan menghadiri pernikahan anaknya di Bandung. Tapi permintaan Soekarno ditolak dengan alasan keamanan. Situasi politik tak memungkinkan ia pergi ke Bandung. Soekarno sedih dan pasrah. “Bapak sering menangis dalam kesunyiannya di Wisma Yaso,” kata Fatmawati. 

Melalui Fatmawati, Soekarno minta agar Muhammad Hatta mau mewakilinya dalam pernikahan Guntur dan Henny. Hatta langsung menyatakan bersedia memenuhi permintaan Soekarno. Pernikahan Guntur tanpa dihadiri ayahnya. “Bung Karno adalah bapak dari kelima anak saya. Saya berharap beliau bisa mendampingi pernikahan semua anaknya. Tapi keinginan manusia hanya sebatas harapan umat, sedangkan keputusan sepenuhnya hanya milik Allah,” ujar Fatmawati. 

Meski Soekarno tidak diizinkan menghadiri acara akad nikah anaknya di Bandung, tetapi beliau diizinkan hadir pada acara resepsi perkawinan di rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya 26, Jakarta. Pada waktu itu kondisi Soekarno sudah sangat memprihatinkan. Ia tak sanggup berjalan sendiri, perlu dipapah. Dalam kondisi lemah ia tetap diawasi intel dan petugas Kodam V dengan ketat, baik berseragam resmi maupun sipil. Banyak wartawan luar dan dalam negeri ingin memotret Soekarno. Beberapa tamu meneteskan air mata melihat kondisi proklamator kemerdekaan RI. Ia duduk di kursi dan dengan suara lirih memberi nasehat kepada puteranya: “Jadilah manusia yang bermanfaat.” Guntur menitikkan air mata. Para hadirin menangis terharu. Hari itu ternyata adalah pertemuan terakhir Fatmawati dengan Soekarno. Empat bulan setelah acara itu Bung Karno pergi selamanya, pulang menemui Yang Maha Penyayang.
 
Hubungan keluarga Soekarno dan Hatta tak berhenti setelah itu. Pada Maret 1980 Hatta dirawat di RS Cipto Mangunkusumo. Fatmawati segera menjenguknya. Dua hari sebelum beliau wafat, Fatmawati dan Guruh Soekarnoputra seharian menemani Hatta. Wakil Presiden itu wafat pada Jumat, 14 Maret 1980. Fatmawati hadir dalam acara pengajian tausiah beliau pada hari ke-tiga, ke-tujuh, dan ke-40. 

Dwi-tunggal Soekarno-Hatta sama-sama pernah dipenjara penjajah Belanda dan diasingkan di luar Jawa. Fatmawati mengatakan: “Orang-orang besar sering kali mengalami cobaan-cobaan yang besar. Itu saya yakini. Keyakinan itu saya tanamkan kepada semua anak saya. Saya selalu menasehati agar mereka menjadi manusia yang taqwa kepada Allah, menjadi orang yang selalu sabar dan tabah.” 

Sumber: buku ‘Suka Duka Fatmawati Sukarno Seperti Diceritakan kepada Kadjat Adrai’

Tidak ada komentar: