Kamis, 07 Juni 2018

Kerusuhan 13 Mei 1998

Puluhan mahasiswa menduduki atap gedung DPR setiap hari sejak awal Mei 1998. Mereka menuntut Presiden Suharto berhenti sebagai Presiden.

 
Pameran Foto 20 Tahun Reformasi, 13 Mei 1998, di Galeri Antara, Jakarta






Menjelang lengsernya Presiden Suharto, saya dan suami sedang berada di depan supermarket Goro di Jalan Kalibata, Jakarta Selatan, pada 13 Mei 1998. Tiba-tiba dua bus Metro Mini penuh penumpang pria berhenti di depan kami. Mereka turun dari bus, langsung menyerbu dan menjarah supermarket itu. Sebagian dari mereka berambut sangat pendek dan bersepatu keds.  Sepertinya  mereka sengaja diangkut dan diturunkan dari bus untuk menjarah. Suasana Jakarta sangat mencekam pada waktu itu. 
 
Didampingi putri pertamanya, Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut) Presiden Suharto berpidato tentang pengunduran dirinya.
Sebelumnya sudah berhari-hari puluhan ribu mahasiswa demo di gedung DPR meminta Presiden Suharto lengser. Ada empat mahasiswa Universitas Trisakti yang ditembak aparat pada 12 Mei 1998.
Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai yang keduanya berlokasi di dekat terminal bus sama sekali tidak disentuh penjarah. Pemilik Pasaraya adalah Menteri Pariwisata Abdul Latief yang mengundurkan diri sebagai Menteri pada 17 Mei 1998. Begitu pula pertokoan di Jalan Panglima Polim Raya, Jakarta Selatan, yang terlihat aman.
Panglima ABRI  Wiranto memecat Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto

Siaran SCTV hampir setiap satu jam sekali menayangkan breaking news tentang peristiwa penjarahan itu. Saya mengikuti terus berita itu dengan cemas.
Dari tayangan televisi terlihat beberapa pertokoan  di Jakarta dibakar dan menewaskan ratusan orang. Mayat-mayat tampak gosong seperti arang. Jakarta lumpuh dan mengerikan pada 12 Mei – 13 Mei 1998.

Alhamdulillah akhirnya Presiden Suharto tumbang pada 21 Mei 1998, setelah 32 tahun berkuasa dan membangun sistem yang korup di negara kita.

Foto kerusuhan Mei 98: koleksi Galeri Antara. 
Foto saya karya Endro S.Markam



Ketua MPR Harmoko yang  pernah  menjadi Ketua Umum Golkar, menjadi Menteri Penerangan yang membredel perusahaan penerbitan Pers berkali-kali, meminta Presiden Suharto mengundurkan diri setelah situasi negeri menjadi sangat kacau.
Seorang ibu yang puteranya tewas ditembak polisi
Ratusan korban yang tewas akibat pertokoan dibakar pada Mei 1998.

Tidak ada komentar: