Senin, 27 Januari 2020

Jakarta


Jakarta

Jakarta adalah bus kota
yang berjubel penumpangnya
bergerak antara kemacetan jalan raya
dan terobosan-terobosan tak terduga

Jakarta adalah bos besar
gajinya sebulan empat miliar
adapun yang babu
tinggi sudah empat puluh ribu

Jakarta adalah rumah-rumah kumuh
yang mengusik tata keindahan gedung-gedung pencakar langit
Jakarta adalah gedung-gedung pencakar langit
yang mencakar-cakar wajah kemiskinan rumah-rumah kumuh

Jakarta adalah jalan layang
Jalan lapang orang-orang gedongan
Jakarta juga adalah gang-gang sempit dan berlubang
Jalan pulang orang-orang pinggiran

Jakarta adalah komputer
yang mengutak-atik angka nasib
dan memutar nasib angka-angka

Jakarta adalah ciliwung
sungai keringat dan mimpinya rakyat
di situ pula
mengalir air mata ibu kota

* Puisi ini karya Husni Djamaluddin yang ditulisnya pada 1990. Karyanya antara lain buku Puisi Akhir Tahun (1979), Obsesi (1970), Kau dan Aku (1973), Anu (1974), Toraja (1979), Sajak-sajak dari Makassar (1974), Bulan Luka Parah (1986), Berenang-berenang ke Tepian, dan sejumlah pusinya masuk dalam antologi Puisi ASEAN Buku III (1978)


1 komentar:

Sepenuhnya mengatakan...

Salah satu puisi yang pernah aku teliti waktu kuliah dulu nih