Senin, 04 April 2016

Presiden Soekarno yang Islami



Ini sedikit cerita tentang Presiden Soekarno yang dituturkan istrinya, Hartini, kepada Ross T.Nugroho, penulis buku Last Days of Soekarno:

Bapak adalah seorang muslim, menjalankan ibadah shalat. Setiap bangun pada waktu subuh langsung shalat. Kalau ada tamu, Bapak shalat berjamaah di istana Bogor. Kalau ada yang mengatakan Bapak bukan Islam, bagaimana bisa. Parameter apa yang dipakai Suharto untuk mengukur apalagi menghakimi kadar keyakinan dan agama seseorang.

Setahu saya, Bapak tahu banyak tentang Islam yang didalaminya selama di penjara. Pada masa-masa itu Injil juga dipelajarinya sehingga dapat membandingkan Islam dengan agama lain. Pada masa mudanya beliau pernah tinggal dan berguru pada H.O.S Tjokroaminoto, tokoh Sarekat Islam. Bahkan Bapak pernah dianugerahi Doktor Honoris Causa oleh Universitas Al Azhar, Kairo, pada 24 April 1960 dalam ilmu filsafat. Kemudian gelar Doktor HC dari IAIN Jakarta dalam Ushuludin Jurusan Dakwah pada 2 Desember 1963. Disusul Doktor HC dari Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk Falsafah Ilmu Tauhid pada 1 Agustus 1965.

Bapak tak mempunyai guru agama khusus tetapi dekat dengan banyak ulama dan tokoh-tokoh partai Islam. Bapak justru yang mengajarkan saya tentang filsafat hidup dan sering mengingatkan saya tentang kematian agar tidak memikirkan kesenangan duniawi saja. Bapak juga mengajarkan tentang kasih sayang pada sesama manusia maupun hewan dan alam. 

Bapak yang mengajarkan kami untuk tidak menjadi pendendam, melainkan jadi manusia pemaaf, dan banyak bersyukur kepada Allah SWT. Menurut saya, pandangan-pandangan demikian itu hanya bisa dimiliki oleh orang yang beragama, yang percaya dan mengakui kebesaran Tuhan, Allah SWT.  Cobalah baca kembali pidato-pidato Soekarno, selalu ada nama Allah dan kebesaran Tuhan di situ. Selalu. 

Bung Karno berjuang sejak belia, mengagumi orang-orang muda berprestasi yang beretika. Bapak selalu membuka kesempatan seluas-luasnya bagi kaum muda yang terdidik untuk berperan. Pada masa Bung Karno, ada Arnold Baramuli yang berusia 20an, belum 30 tahun, yang dipercayakan menjadi Gubernur Sulawesi Utara dan Tengah. Omar Dani dan Achmad Yani pernah mendapat pendidikan militer di Amerika Serikat sebelum usia mereka 30 tahun.

Pada masa Bapak, masalah keturunan, etnis, ras, gender, dan agama tidak pernah dipermasalahkan, karena ini adalah negeri yang ditakdirkan terdiri atas berbagai keragaman. Ada menteri keturunan Tionghoa. Wajib militer juga diikuti para intelektual dan profesional keturunan Tionghoa. 

Tidak ada perbedaan gender. Kaum wanita sudah diberi peran penting oleh Bung Karno sejak 1950an, seperti Ibu Woworuntu sebagai Walikota Menado, Ibu Supeni sebagai Duta Besar Keliling. Juga ada Menteri Maria Ulfah Santoso. Sudah banyak wanita sarjana, bahkan ada Bank Sarinah yang semua pegawainya wanita. 
Presiden Soekarno dan istri ke-empatnya, Hartini.


Tidak ada komentar: