Kamis, 15 Agustus 2019

Museum Maritim Indonesia



Nenek moyang kita sejak dulu kala sudah tahu betapa pentingnya infrastruktur berupa pelabuhan. Ada beberapa pelabuhan besar di Nusantara, diantaranya pelabuhan Sunda Kelapa, Cirebon, Tuban, Gresik, Surabaya, Aceh, Indragiri, Kampar, Belawan, Bima, Makassar, Tidore, Ternate, Banjarmasin, dan Balikpapan. Di pelabuhan-pelabuhan itu terjadi perdagangan dengan bangsa Cina, Arab, dan India. Belawan termasuk pelabuhan tua di Indonesia. Dulu dikenal sebagai kota Cina yang berkembang sejak awal Masehi. Pelabuhan ini pernah dikuasai Majapahit pada abad ke-14 kemudian menjadi wilayah Kesultanan Deli.


Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8 sampai abad ke-10) berpusat di pedalaman pulau Jawa tetapi memiliki beberapa pelabuhan di pantai utara, sekitar Pekalongan dan Semarang. Kerajaan yang diperintah dua klan beragama Hindu dan Buddha ini memiliki jaringan yang luas di Asia Tenggara. Klan yang beragama Buddha erat berhubungan dengan Sriwijaya di Sumatra.

Kerajaan Sriwijaya (abad ke-5 sampai ke-13) membangun pelabuhan dan mendirikan pusat pendidikan agama Buddha. Kapal-kapal mereka melayari Laut Cina Selatan dan Samudra Hindia (kini Samudra Indonesia). Banyak peziarah Cina yang ikut dalam pelayaran mereka.
Perdagangan semakin ramai dengan kedatangan bangsa Eropa sekitar abad ke-16. Pada awalnya perdagangan dengan Cina, Arab, dan India masih menguntungkan pedagang Nusantara. Tapi setelah datang  perusahaan dagang Belanda,VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), kondisi menjadi berubah. Para pedagang Nusantara dipaksa tunduk pada aturan monopoli VOC.



Setelah melakukan monopoli perdagangan selama hampir dua abad, VOC bangkrut karena korupsi, perang dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, dan bersaing dengan  para pedagang dari negara-negara lain. VOC bangkrut pada 1799 dan  sejak itu Pemerintah Belanda mengambil seluruh aset  dan kuasanya. Lalu dibentuklah pemerintahan Hindia Belanda yang berpusat di Batavia (kini Jakarta).

Rakyat kemudian dipaksa menanam kopi, tebu, tanaman indigo, dan komoditas lain seperti beras, garam, dan terasi. Keuntungannya diambil Belanda. Pelabuhan kemudian menjadi pelabuhan ekspor impor. Pelabuhan  Belawan menjadi sangat penting sebagai pelabuhan ekspor tembakau Deli yang sangat terkenal. Pada 1890 dikembangkan pelabuhan baru yang disebut pelabuhan Gudang Merah. Pelabuhan Belawan termasuk yang terbesar di Hindia Belanda dan hingga kini menjadi pelabuhan andalan di Sumatra.


Sebelumnya, pada 1840, dibangun infrastruktur jalan raya di Jawa yang menghubungkan pelabuhan Cirebon dengan pedalaman. Pada akhir abad ke-19 pelabuhan Cirebon terhubung dengan jalur kereta api. Pelabuhan semakin ramai dan luas. Sejak 1909 – 1918  Cirebon dikunjungi sekitar 500 kapal pertahun. Investasi swasta muncul berupa pabrik rokok BAT (British American Tobacco) dan pabrik gula. Pabrik-pabrik ini menyerap banyak tenaga kerja lokal.





Tidak ada komentar: