Senin, 18 November 2019

Museum Jenderal Ahmad Yani


Di atas pintu museum ini dipasang tulisan: "Sampai Liang Kubur Kupertahankan Pancasila"


Museum Jenderal Ahmad Yani  di Jalan Lembang D 58, Jakarta, sebelumnya adalah rumah tinggal pribadi Sang Jenderal. Tempat ini diresmikan sebagai museum oleh Letjen Soeharto pada 30 September 1966 dengan nama Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Ahmad Yani. Beberapa tahun kemudian diubah namanya menjadi Museum Jenderal Ahmad Yani. Rumah ini dijadikan museum agar semangat mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 dapat diwariskan kepada generasi muda penerus bangsa. Di atas pintu masuk museum tercantum tulisan: "Sampai Liang Kubur Kupertahankan Pancasila".

Jenderal Ahmad Yani dilahirkan pada 19 Juni 1922 di kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pada 1940 ia masuk ke Dinas Topografi Militer. Setelah menyandang pangkat Sersan, ia ikut dalam pertempuran di Ciater, Lembang, ketika Jepang masuk ke Bandung. Ia ditawan Jepang  di Cimahi selama beberapa bulan lalu kembali ke Purworejo. Pada 1943 ia mengikuti pendidikan militer di Magelang.

Jepang menyerah kepada tentara Sekutu pada 14 Agustus 1945 dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Meski Indonesia sudah merdeka tapi pertempuran masih terjadi. Pada 25 September 1945 batalyon Yani berhasil melucuti senjata para tentara Jepang di Magelang.

Dengan adanya Dekrit 5 Oktober 1945 maka satuan pimpinan Ahmad Yani diresmikan menjadi Batalyon Yani dengan Mayor Ahmad Yani sebagai Komandannya. Pada 30 Oktober 1945 batalyon Yani terlibat pertempuran sengit dengan tentara Sekutu di Magelang. Batalyon Yani berhasil memukul mundur tentara Inggris  dari Magelang pada 21 November 1945. Batalyon itu terus bertempur sampai ke Ambarawa dan berhasil menguasai Ambarawa  pada 15 Desember 1945. 

Ahmad Yani juga membentuk pasukan khusus untuk menumpas pemberontakan DI/TII  (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Pasukan itu bernama Banteng Raiders. Wilayah-wilayah yang dikuasai DI/TII kembali dapat dikuasai oleh pasukan itu. Ahmad Yani juga berhasil menumpas pemberontakan PRRI/Permesta  (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta). PRRI/Permesta yang semula menentang kebijakan pusat dapat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Tentara menembak Jend. Yani yang berada
sekitar dua meter di balik pintu kaca.
Jenderal  Ahmad Yani, salah satu dari tujuh orang yang dibunuh oleh pasukan Cakrabirawa pada 1 Oktober 1965 dinihari. Jenazah mereka ditemukan pada 3 Oktober 1965 di sumur di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Oleh karena kendala teknis, baru pada 4 Oktober 1965 semua jenazah berhasil dievakuasi dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Pada 5 Oktober 1965 Pemerintah RI menganugerahkan gelar Pahlawan Revolusi kepada mereka. Ketika ditembak oleh tentara, Jenderal Ahmad Yani menjabat sebagai Menteri/Panglima TNI AD.  Ia gugur pada usia 43 tahun.

Tidak ada komentar: