Kamis, 02 Januari 2025

Beda Pemimpin dan Penguasa

Pemimpin dihormati karena memiliki karakter yang baik yang bisa dijadikan teladan oleh bawahannya. Ia dijadikan panutan bukan karena kedudukannya, melainkan karena perilakunya yang baik. Pemimpin cenderung demokratis, tidak otoriter. Ia mau menerima masukan-masukan dari bawahannya yang dianggap penting untuk dipertimbangkan dalam membuat keputusan. Bila pemimpin keliru, ia bersedia menerima kritik dari bawahannya agar ia bisa menjadi lebih baik pada waktu mendatang. Pemimpin membuka peluang untuk diskusi dengan bawahannya. Pemimpin mau mendengarkan  bawahannya.

Pemimpin memberi kepercayaan penuh kepada para bawahannya dan memberi semangat kepada mereka. Bila bawahannya tidak bekerja dengan benar, maka pemimpin dengan tegas mengarahkannya agar bekerja lebih baik. Tegas bukan berarti memilih kata-kata yang kasar. Bila bawahannya berprestasi, maka pemimpin mau memuji bawahannya. Pemimpin mengutamakan kepentingan orang banyak, bukan kepentingan dirinya sendiri atau kelompoknya saja. Bila ada masalah, pemimpin menawarkan win-win solution.

Pemimpin menebarkan aura positif seperti optimisme, kemauan bekerja keras, tidak suka mengeluh, semangat, selalu berpikir positif, dan membuat kerja tim menjadi menyenangkan. Di bawah pemimpin yang positif maka bawahannya akan menjadi kreatif dan inovatif. Begitu pula masyarakat yang dipimpinnya tidak merasa hidup dalam ketakutan dan ancaman.

Meski memiliki kedudukan atau jabatan yang sama, pemimpin berbeda dengan penguasa. Penguasa selalu menunjukkan power-nya. Para bawahannya cenderung takut kepadanya. Ia dipatuhi, tapi belum tentu dihormati. Penguasa cenderung otoriter, mau menang sendiri, semua orang harus patuh kepadanya meski ia di jalan yang salah. Tidak ada bawahannya yang berani mengritiknya karena takut dimarahi. Penguasa cenderung arogan, pemarah, minta dihormati secara berlebihan, pelit pujian kepada bawahannya, dan kurang memiliki empati. Di bawah penguasa, para bawahan cenderung menunggu perintah, tidak berani mengambil inisiatif karena takut dimarahi bila mereka salah, dan cenderung melakukan ABS (Asal Bapak Senang). Para bawahan cenderung berada dalam suasana ketakutan dan ancaman. 

Tidak ada komentar: