Sabtu, 02 Mei 2020

Epidemi Cholera di Jawa Barat


Lapangan Banteng di Jakarta dinamakan Waterlooplein pada zaman Hindia Belanda atau biasa disebut Tanah Lapang Singa. Di sana ada sebuah sumur yang airnya jernih. Orang Tionghoa suka mengambil air di sumur itu karena sangat baik untuk menyeduh teh. Juga di Kampung Lima (Jalan Asem Lama) di Tanah Abang ada sumur yang airnya jernih di pekarangan rumah. Pemilik rumah itu menjual air per tabung (tong) yang diedarkan dengan gerobak. Air itu sangat laku karena belum ada air leding.

Di kawasan Kota banyak penduduk minum air yang berasal dari sungai di Jembatan Dua.  Air  yang dianggap bersih itu dijual dengan harga sepicis (sepuluh sen) untuk satu kaleng sebesar kaleng minyak tanah. Kaleng-kaleng itu diedarkan dengan perahu oleh para penjual.  Kalau tak mau membeli air minum, penduduk menyimpan air hujan dalam tempayan-tempayan Tionghoa yang besar.

Pada musim kemarau sungai-sungai menjadi dangkal. Air minum dari sungai itu menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit, seperti cholera, typhus, dipteri, dan sebagainya. Epidemi cholera di Batavia amat parah, puluhan orang meninggal setiap hari karena penyakit ini. Mayat-mayat  tak sempat dimasukkan ke liang lahat, banyak yang dimasukkan ke peti dan diletakkan di sawah di tepi jalan. Penyakit itu menjalar sampai ke Bogor, Sukabumi, Bandung, dan tempat-tempat lain di sekitarnya. Sedangkan dokter hanya sedikit, diantaranya dokter mata yang juga membuka praktik dokter umum bernama Dokter Hoogenstraten. Dokter ini sering membuat ramuan obat sendiri. Kemudian ada Dokter Paperlard, Dokter Kloon, dan Dokter Godefroi. Obat cholera dari Dokter Godefroi terkenal kemanjurannya. Lama kemudian baru ada Dokter Lim Njat Fa di Batavia.

Salah satu warga Bogor, Tio Tek Hong, dan keluarganya menjadi sangat takut tertular penyakit ini. Mereka pergi ke Sukabumi lalu ke Bandung tapi penyakit cholera menyusul lebih cepat. Berkat karunia Allah mereka selamat, namun ada tiga tetangganya yang meninggal karena cholera. Mereka kemudian kembali dari Bandung ke Bogor. Di Bogor ada pemandian Kota Baru yang  berasal dari sumber air yang  jernih dan dingin. Pemandian itu sangat terkenal dengan dua kolam renangnya. Sumber air itu digunakan sebagai air minum untuk kota Bogor dan Batavia. Epidemi cholera kemudian lenyap, lebih dari seratus tahun kemudian muncul pandemi corona pada 2020.

Foto: Lapangan Banteng yang direnovasi Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan diresmikan Gubernur Anies.

Sumber: buku Keadaan Jakarta Tempo Doeloe, Sebuah Kenangan 1882-1959 karya Tio Tek Hong

Tidak ada komentar: