Minggu, 03 Mei 2020

Tradisi Arab atau Ajaran Islam?

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Presiden Joko Widodo, Habib Luthfi.
Alkisah ada seorang pemuda lulusan kampus di Timur Tengah sudah hafal Al Quran berikut makna dan tafsirnya. Ia pulang ke kampungnya dan didapatinya kakeknya sedang berzikir, berdoa, dan di sampingnya ada bunga-bunga bersama asap putih lembut yang menebarkan aroma. Pemuda itu terkejut dan segera menegur kakeknya: “Kek, bukankah membakar kemenyan dilarang Islam?”

“Apa yang dilarang Islam?” tanya kakeknya.

“Tentu saja membakar kemenyan dan menggunakan bunga-bunga,” jawab cucunya.

“Cucuku, larangan membakar kemenyan dan menggunakan bunga-bunga ini ajaran Islam atau tradisi Arab? Mungkin kau berpikir bahwa apa yang kulakukan ini bukan dari Islam. Tetapi kau harus bisa membedakan mana yang budaya Arab dan mana yang ajaran Islam. Di Arab tidak ada bunga-bunga ini. Tetapi sejak dulu di kampung ini wewangian selalu menggunakan bunga dan kemenyan yang dibakar. Bukankah Rasul menyukai wewangian? Cucuku, wangi itu universal. Tetapi media untuk menciptakan wewangian itu sangat lokal dan tergantung pada budaya masing-masing. Orang boleh menggunakan parfum, sabun, kemenyan, dan sebagainya, tetapi prinsipnya tetap wewangian.”

Sang cucu lalu mengerti bahwa ekspresi memang sangat tergantung pada unsur lokal dan tradisi. Misalnya, penutup aurat. Sesuai dengan tradisinya masing-masing orang bisa menggunakan sarung, jubah, atau celana untuk menutup aurat.

Mengapa kita terburu-buru membuat kesimpulan ketika melihat perbedaan?

Sumber: Buku 250 Wisdoms Membuka Mata, Menangkap Makna karya Prof. Komaruddin Hidayat.

Tidak ada komentar: