Sabtu, 21 November 2020

Boven Digul


Boven Digul adalah ‘penjara alam terbuka’ yang dibuat Belanda. Dalam sejarah kolonial kamp konsentrasi Boven Digoel adalah tempat terluas bagi pembuangan para pejuang kemerdekaan. Tempat pengasingan di Papua ini didirikan oleh Kapten L. Th. Becking pada awal 1927. Sebelumnya Kapten ini dikenal sukses memadamkan pemberontakan komunis di Banten pada November 1926. Para pemberontak terakhir yang pernah dibuang ke Boven Digul adalah Semaun dan Darsono, dua tokoh komunis. Sebelumnya para Sultan dan pejuang diasingkan ke pulau lain. Pangeran Diponegoro diasingkan di Manado dan Makassar, Sjech Jusuf dibuang ke Cape Town di Afrika Selatan.

Kelompok masyarakat yang memberontak terhadap Belanda semakin besar setelah 1900. Misalnya ketika Partai Komunis Indonesia memprakarsai pemberontakan di Banten pada 1926 dan Sumatera Barat. Penjara menjadi penuh untuk menampung mereka. Pemerintah kolonial Belanda mencari tempat pembuangan yang luas. Akhirnya diketemukan sebuah tempat terpencil di Irian Barat (Papua) di hulu sungai Digul, 550 kilometer dari Merauke.
Kapten L. Th. Becking yang merekomendasikan tempat ini dalam laporannya menulis: “Boven Digul adalah pengasingan terbuka yang ideal karena di sebelah utara, timur, dan selatan berbatasan dengan hutan lebat yang dihuni oleh penduduk pribumi yang kanibal, dan di sebelah barat ada sungai Digul yang penuh buaya.”
Setelah Belanda pergi didirikan makam pahlawan di sana. Ironisnya, mereka yang melawan Belanda dan bisa disebut sebagai pahlawan sebagian besar adalah orang komunis. Pemberontakan terhadap Belanda pada 1926 – 1927 diprakarsai Partai Komunis Indonesia. Mereka gugur dalam pembuangan di Boven Digul.
Selain di Boven Digul juga ada Makam Pahlawan di Merauke. Selain itu ada beberapa tempat bersejarah di Papua, seperti kota tua Kokas di kabupaten Fakfak. Ada masjid tua Patimburak di kampung Patimburak. Penduduk kabupaten Fakfak mayoritas muslim, selebihnya beragama Kristen dan Katolik.

Tidak ada komentar: