Jumat, 23 Februari 2018

Flag Incident

Berkibarlah benderaku lambang suci gagah perwira
Di seluruh Indonesia kau tetap pujaan bangsa
Siapa berani menurunkan engkau serentak rakyatmu membela
Sang Merah Putih yang perwira berkibarlah selama-lamanya
 
Oranje Hotel yang kini menjadi hotel Majapahit di Surabaya

Bendera adalah simbol persatuan dan kebanggaan nasional.Sejak proklamasi kemerdekaan rakyat bertekad Sang Saka Merah Putih menjadi satu-satunya bendera yang mencerminkan kemerdekaan Indonesia. Bendera Jepang sudah diturunkan para pemuda Indonesia dan digantikan Sang Saka Merah Putih. Jepang sudah menyerah kepada Sekutu. Indonesia sudah merdeka. Meski demikian masih banyak tentara Jepang memegang senjata dan berada di Indonesia. Setelah proklamasi Belanda juga kembali ke Indonesia dan sebagian mereka mendapatkan senjata dari tentara Jepang itu.
Pada 19 September 1945 pagi para pemuda mendengar berita bahwa bendera Belanda dikibarkan di hotel Yamato (pada zaman Belanda disebut Oranje Hotel) di Jalan Tunjungan, Surabaya. Berita ini sangat menghebohkan dan mengganggu kebanggaan para pemuda Indonesia sebagai bangsa merdeka. Mereka sepakat menurunkan bendera merah-putih-biru. Mereka berteriak-teriak di jalan menyebarkan berita: “Bendera Belanda dikibarkan di Tunjungan!!!” Berita ini juga disebarkan lewat jaringan Gabungan Pemuda Kantor, organisasi pegawai dari berbagai perusahaan.
Pada hari itu para tawanan Belanda terdiri atas perempuan dan laki-laki yang akan dikembalikan ke negaranya berada di Oranje Hotel. Sekelompok tawanan ini di bawah pimpinan Ploegman mengibarkan bendera Belanda di atas menara hotel. Ploegman adalah bekas kapten tentara Belanda yang secara sembunyi ditunjuk sebagai Wali Kota Surabaya oleh pemerintah NICA.
Di hotel itu banyak orang asing termasuk para perwira Inggris. Sekitar 40 pemuda Indonesia masuk ke halaman hotel dan berteriak-teriak. “Put the flag down. Put the flag down!!!” Tapi teriakan para pemuda tidak dihiraukan. Semakin lama semakin banyak pemuda dan rakyat berkumpul. Jumlahnya mencapai ratusan dan semakin lama semakin banyak. Di antara pemuda ada yang membawa senjata bambu runcing dan golok.
Dari dalam hotel ke luar Ploegman yang tinggi besar seperti raksasa. Ia bagaikan Samson membawa sepotong kayu besar yang diayun-ayunkan ke arah para pemuda sambil memaki-maki dengan kasar. Para pemuda Indonesia yang tanpa senjata jatuh terjengkang kemudian lari. Tapi mereka maju kembali. Pada saat itu seorang pemuda nekad mendekati Ploegman, menusuknya dengan pisau bertubi-tubi. Ploegman rebah bersimbah darah.
Menyabung nyawa untuk mengibarkan bendera 

Teriakan untuk menurunkan bendera semakin membahana. Sejumlah pemuda sudah membawa tangga untuk naik ke atap hotel. Ada sekitar sepuluh pemuda yang naik ke puncak hotel. Dari atap ada seorang yang naik tiang bendera diiringi teriakan histeris rakyat yang memberi semangat untuk menurunkan bendera Belanda. Bendera itu disobek warna birunya lalu dicampakkan. Bendera tiga warna menjadi Sang Saka Merah Putih, dikibarkan di menara hotel dengan perasaan sangat bangga. Tepuk tangan bergemuruh. Ketika itu jumlah massa yang berkumpul sudah mencapai ribuan orang.

Tiba-tiba terdengar tembakan dari dalam hotel. Banyak rakyat Indonesia tewas ditembak. Itulah sebagian dari banyak pengorbanan untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih di negara kita.





Bendera Merah Putih berkibarlah selama-lamanya



Sumber: Soemarsono Pemimpin Perlawanan Rakyat Surabaya 1945 yang Dilupakan

Tidak ada komentar: