Rabu, 07 Februari 2018

Gelanggang Olahraga Bung Karno



Jakarta ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games pada 2018. Ibu kota negara kita pertama kali menjadi tuan rumah Asian Games pada 24 Agustus – 4 September 1962.  Untuk itu dipersiapkan  fasilitas olahraga yan memadai dan cukup representatif. Sebelumnya sarana yang ada di Jakarta hanya stadion Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) di lapangan Medan Merdeka (lapangan Monas sekarang). Stadion Ikada sudah ada sejak zaman  kolonial Belanda dan pernah dipakai untuk Pekan Olahraga Nasional  (PON) ke-2 pada 1951. 


Stadion Ikada dianggap kurang memenuhi syarat untuk Asian Games. Presiden Soekarno  mencari lokasi yang cocok untuk membangun stadion. Dengan pesawat helikopter Presiden Soekarno mengelilingi kota Jakarta untuk melihat lokasi yang cocok. Kawasan Senayan kemudian dipilih sebagai tempat untuk membangun stadion. Hampir semua penduduk di kampung Senayan dipindah ke kampung Tebet. Sebagian lainnya dipindahkan ke Patal Senayan. Pengosongan kampung Senayan dimulai pada 1959 dan pembangunan stadion dimulai pada tahun itu. 

Pada waktu itu pembangunan kompleks olahraga di Senayan seluas 270 hektare adalah usaha konstruksi terbesar di Jakarta sejak pembangunan Kebayoran Baru. Begitu juga istora (istana olahraga) yang merupakan gedung olahraga tertutup (indoor ) terbesar di Indonesia. Stadion bisa menampung sekitar 120  ribu penonton. 


Kompleks olahraga ini dibangun  oleh arsitek dan kontraktor dari Uni Soviet (Rusia). Pembangunannya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958. Dengan dana yang cukup besar itu menjadikan gelanggang olahraga ini sebagai stadion terbesar di Indonesia. Tempat duduknya dibuat dari kayu-kayu jati yang kokoh. Jalan Jenderal Sudirman yang menjadi akses ke daerah Senayan diperlebar dan diperbagus. Pembangunan jalan ini juga dibantu oleh Uni Soviet. Banyak orang muda yang mau menjadi relawan dalam Asian Games. Ada yang  bertugas memanggil nama-nama atlet untuk masuk ke lapangan menjelang pertandingan dimulai, ada yang menjadi penerjemah bagi para atlet asing, dan sebagainya.


 










Pada masa Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Suharto nama stadion ini diubah dari Gelanggang Olahraga Bung Karno menjadi Stadion Utama Senayan. Setelah Presiden Suharto diturunkan rakyat nama stadion ini dikembalikan menjadi namanya semula pada masa Presiden Abdurahman Wahid.

Menjelang Piala Asia 2007 stadion direnovasi yang mengurangi kapasitasnya menjadi 88.083 penonton. Pada 2017 Presiden Ir. Joko Widodo merenovasi kompleks olahraga ini agar stadion negara kita representatif untuk Asian Games. Tempat duduk di stadion yang semula berupa bangku-bangku panjang dari kayu jati yang masih kokoh diubah menjadi kursi-kursi merah dan putih. Kapasitas tribun menjadi 76.127 penonton.  Lampunya  3.500 luks dengan jenis rumput jenis rumput  Zoysia Matrella Linmer. Panjang lapangan sepakbola 110 meter dan lebar 70 meter.  Lintasan atletik dibuat delapan lajur dengan panjang empat ratus meter.

Tidak ada komentar: