Sabtu, 28 November 2015

Papua Bagian dari NKRI



Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaaan, Belanda tetap tidak mau mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Bahkan Irian Barat (kini Papua)  tidak  diserahkan Belanda kepada pemerintah Indonesia. Pada 5 Desember 1957 Presiden Soekarno meminta semua orang Belanda meninggalkan Indonesia. Ratusan perusahaan Belanda di Indonesia diambil alih pemerintah Indonesia, termasuk 77 perusahaan perkebunan dan Radio Nederland.  Perusahaan lain seperti pertambangan, bank, pelayaran, pabrik, perusahaan makanan, percetakan, jawatan kereta api, dan lain-lain juga diambil alih pemerintah RI. 

Para buruh mogok massal, semua orang Belanda di Indonesia mendadak kehilangan pekerjaan.
Toko-toko tidak mau lagi melayani orang Belanda. Di tembok-tembok jalan ditulis; “Usir anjing Belanda.” Para pemuda berteriak-teriak di lapangan: “Belanda mesti mati.” Orang-orang Belanda yang sudah turun temurun tinggal di Indonesia mendadak dipulangkan ke negeri asalnya. Ribuan penumpang diangkut dengan kapal laut ke Belanda dan ini berlangsung sampai beberapa bulan, bahkan masih berlanjut sampai tahun-tahun berikutnya. 

Sejak kemerdekaan Indonesia pada 1945 sampai 1960 jumlah warga negara Belanda yang dipulangkan ratusan ribu jiwa. Banyak di antara mereka yang belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Belanda. Kakek buyut mereka adalah orang Belanda yang lahir dan dibesarkan di Indonesia.

Mereka tiba pada musim dingin setelah menempuh perjalanan selama sebulan. Itulah pertama kalinya mereka merasakan musim dingin setelah nyaman berpuluh tahun di negeri tropis.  Ratu Juliana dan Palang Merah menyambut mereka yang datang ke negeri asalnya dalam keadaan tak punya rumah dan pekerjaan. Mereka ditampung di kamp tentara di desa Budel.  Pemerintah Belanda kemudian memberi mereka rumah atau kamar sewa yang sangat kecil.  Tidak lagi tinggal di rumah luas seperti pada waktu mereka tinggal di Indonesia. 

Mereka memiliki status sosial tinggi di Indonesia, disebut “Tuanku” oleh penduduk pribumi. Tapi  mereka menjadi bukan siapa-siapa di negeri sendiri. Mendapat pekerjaan juga sulit karena ijazah mereka dianggap tidak setara dengan penduduk Belanda. Namun bertahun-tahun kemudian mereka akhirnya dapat hidup sejajar dengan warga Belanda lainnya. 

Pada 1962 Irian Barat berhasil dikembalikan ke pangkuan ibu pertiwi. Komodor Jos Soedarso gugur dalam usia 36 tahun pada peristiwa merebut Irian Barat dari Belanda. Hubungan Indonesia – Belanda dapat membaik setelah pertemuan Presiden Soekarno dengan Menteri Luar Negeri Belanda, Joseph Luns, pada 25 Juli 1964 di Istana Bogor.


Tidak ada komentar: