Selasa, 07 April 2020

Dapur Babah, Resto Gaya Zaman Kolonial



Jauh sebelum abad ke-15 orang Tionghoa atau China sudah berdatangan dan menetap di Indonesia. Laksamana Cheng Ho (Zheng He) adalah tokoh utama kaum imigran Tionghoa gelombang pertama di Asia Tenggara. Beberapa generasi mereka lahir dan terbagi menjadi dua golongan: Tionghoa Totok dan Tionghoa Peranakan. 

Tionghoa Totok mempertahankan kemurnian ras dan kebudayaan nenek moyang mereka, antara lain dengan menghindari perkawinan antar etnik. Sementara Tionghoa Peranakan  adalah keturunan hasil perkawinana pria Tionghoa dan perempuan dari etnik lain di Nusantara. Mereka melahirkan kebudayaan Peranakan, campuran antara kebudayaan Tionghoa dan kebudayaan lokal. Mereka mengadopsi berbagai elemen kebudayaan Nusantara, mulai dari bahasa, kuliner, sampai busana. Kebaya Encim atau kebaya Nyonya yang penuh bordir warna-warni adalah salah satu contoh bahwa Tionghoa mengadopsi kebudayaan lokal. Resep maakan dari Tiongkok seperti bakso, mie, dan somay juga dicoba oleh masyarakat Nusantara.

Resep masakan Belanda, China, dan Nusantara tempo dulu tersedia di Dapur Babah di Jalan Veteran I, Jakarta Pusat.Yang menarik adalah suasana di dalam restoran. Dari mebel, hiasan dinding, piring dan serbet, semua bernuansa etnik Tionghoa. Bila Anda ingin makan seperti bangsawan China tempo dulu, Dapur Babah dapat menjadi pilihan.















Tidak ada komentar: