Senin, 27 April 2020

Sopir Presiden Soekarno di Roma


Carlos adalah seorang sopir yang selalu mengemudikan mobil yang digunakan Presiden Soekarno bila berkunjung ke Roma. Kedutaan Besar RI di Italia telah menyeleksinya di antara puluhan sopir dari sebuah perusahaan angkutan di Roma. Carlos selalu menjadi sopir pilihan. Dalam suatu kunjungan ke Roma, begitu turun dari pesawat terbang Presiden Soekarno naik mobil yang disediakan untuknya. Kali ini bukan Carlos yang menjadi sopirnya. Presiden langsung bertanya kepada Duta Besar RI yang menjemputnya.

“Mengapa sopirnya lain? Carlos ke mana?”
“Ia sedang cuti ke Swiss,” jawab Dubes.
“Panggil Carlos pulang. Saya mau Carlos!” kata Presiden.
“Baik, Pak.”

Begitu rombongan tiba di hotel ajudan Presiden, Bambang Widjanarko, mendapat cerita mengenai Carlos dari staf Kedubes RI. Ternyata banyak teman sekerja Carlos yang iri kepadanya. Mereka juga ingin menjadi sopir Presiden Soekarno yang namanya amat populer. Mereka minta kepada pimpinan perusahaan agar dilakukan penggiliran tugas. Pimpinan perusahaan memenuhi tuntutan mereka dan menunjuk sopir lain untuk mengemudikan mobil Presiden Soekarno. Sementara Carlos diberi cuti ke Swiss bersama keluarganya atas biaya perusahaan.

Tapi Presiden Soekarno bersikeras agar Carlos yang menjadi sopirnya. Staf kedutaan RI segera menghubungi perusahaan di mana Carlos bekerja agar Carlos segera dipanggil pulang. Bambang Widjanarko menyampaikan kepada Presiden Soekarno mengapa Carlos tidak bertugas kali ini. 

Keesokan harinya ketika Presiden Soekarno sedang sarapan, Carlos masuk ke ruangan dengan pakaian seragam pengemudi. Wajahnya sangat gembira. Ia memberi hormat secara militer kepada Presiden RI.

Your Excellency, I am at your service.”
Presiden tersenyum lebar dan mengulurkan tangan yang segera dijabat Carlos.
Well, Carlos. Where have you been? I missed you. Bagaimana kabar istri dan anak-anakmu?”

Disapa dengan akrab seperti itu oleh Presiden tampak Carlos sangat bahagia. Ia segera menjawab: “Mungkin  Yang Mulia sudah mendengar ceritanya. Saya dipaksa cuti ke Swiss bersama keluarga. Kami senang bisa berlibur apalagi semua dibiayai perusahaan. Tetapi kemarin sore ketika kami mendapat berita dari perusahaan agar segera pulang karena saya harus menjadi sopir Yang Mulia, kami menjadi lebih gembira. Bahkan istri saya mendesak agar kami segera kembali ke Roma. Sekarang saya siap melayani Yang Mulia.”

Presiden Soekarno tidak memikirkan diri sendiri. Pada suatu acara makan malam di restoran ia memerintahkan ajudan agar semua sopir dalam rombongan diundang. Ada sepuluh orang, termasuk Carlos. Mereka duduk mengitari dua meja dengan hidangan yang sama seperti yang dimakan rombongan Presiden. Mereka sangat gembira dan merasa mendapat kehormatan diundang makan bersama Presiden di restoran terkenal. Acara makan malam berlangsung sekitar tiga jam. Presiden Soekarno mendatangi meja mereka sebentar untuk mengucapkan terima kasih atas kesediaan mereka melayani rombongan.

Tibalah hari  untuk meninggalkan Roma. Semua anggota  rombongan siap naik mobil yang akan membawa mereka ke bandara. Presiden Soekarno keluar dari lobi hotel menuju mobil yang telah tersedia di depan pintu. Seketika ia berhenti, melihat semua sopir berdiri berbaris rapi di depan pintu sambil memegang topi seragamnya. Lalu terdengar aba-aba: "One, two, three!”  Semua pengemudi serentak bernyanyi:

“Bung Karno siapa yang punya...
Bung Karno siapa yang punya...
Bung Karno siapa yang punya...
Yang punya kita semua...”

Sungguh mengharukan pada saat itu. Para pengemudi bangsa Italia menyanyikan dengan baik lagu berbahasa Indonesia yang amat populer pada masa itu. Mereka belajar lagu itu dari seorang anggota staf Kedubes RI dan mereka sangat menyukai lagu itu. Presiden Soekarno mengucapkan terima kasih sambil menyalami mereka satu persatu. Presiden kita telah merebut hati semua pengemudi di Roma.  

*Beliau ke Roma pada 1956, 1959, dan 1964.



Tidak ada komentar: